Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Buku Panduan Pengembangan Media Pembelajaran Paud

Berikut ini yakni berkas buku Panduan Pengembangan Media Pembelajaran PAUD. Download file format PDF.

 Berikut ini yakni berkas buku Panduan Pengembangan Media Pembelajaran PAUD Buku Panduan Pengembangan Media Pembelajaran PAUD
Panduan Pengembangan Media Pembelajaran PAUD

Panduan Pengembangan Media Pembelajaran PAUD

Berikut ini kutipan teks dari isi berkas buku Panduan Pengembangan Media Pembelajaran PAUD:

Keberhasilan pencapaian kompetensi suatu mata pelajaran bergantung kepada beberapa aspek. Salah satu aspek yang sangat mensugesti kebehasilan pencapaian kompetensi, yaitu cara tutor dalam melaksanakan pembelajaran.

Kecenderungan yang terjadi pada proses pembelajaran di Indonesia yakni kegiatan berguru masih berpusat pada tutor, yaitu tutor lebih banyak bercerita atau berceramah. Peserta didik tidak banyak aktif terlibat dalam proses pembelajaran, tutor tidak/jarang memakai media pembelajaran, sehingga proses pembelajaran menjadi pasif dan kurang bermanfaat. Oleh lantaran itu paradigma usang di mana orientasi berguru lebih berpusat pada tutor harus mulai ditinggalkan dan diganti dengan orientasi berguru lebih berpusat pada penerima didik dengan cara tutor menjadi fasilitator dengan menyediakan media.

Dengan menjadi fasilitator, tutor akan sanggup membuat pembelajaran yang aktif, yaitu merupakan proses pembelajaran di mana seorang tutor harus sanggup membuat suasana yang sedemikian rupa sehingga penerima didik aktif bertanya, mempertanyakan dan juga mengemukakan gagasannya.

Keaktifan penerima didik ini sangat penting untuk membentuk generasi yang kreatif, yang bisa menghasilkan sesuatu untuk kepentingan dirinya dan juga orang lain. Dan juga tutor harus sanggup membuat proses pembelajaran yang menyenangkan, yaitu berkaitan bersahabat dengan suasana berguru yang menyenangkan sehingga penerima didik sanggup memusatkan perhatianya secara penuh pada belajarnya.

Hal ini membutuhkan kreativitas tutor untuk sanggup menghidupkan suasana berguru mengajar sehingga menjadi tidak membosankan bagi para penerima didiknya.

Secara garis besar kegiatan pengembangan media pembelajaran terdiri atas tiga langkah besar yang harus dilalui, yaitu kegiatan perencanaan, produksi dan penilaian. Sementara itu, dalam rangka melaksanakan desain atau rancangan pengembangan aktivitas media. Arief Sadiman, dkk, menawarkan urutan langkah-langkah yang harus diambil dalam pengembangan aktivitas media menjadi 6 (enam) langkah sebagai berikut:

Menganalisis kebutuhan dan karakteristik Peserta Didik

Kebutuhan dalam proses berguru mengajar yakni kesenjangan antara apa yang dimiliki Peserta Didik dengan apa yang diharapkan. Contoh kalau kita mengharapkan Peserta Didik sanggup menjadi orang renta yang baik dan benar, maka mereka harus mengetahui juga baigaimana merawat kehamilan, mendidik anak, tumbuh kembang anak dan lain- lain.

Setelah kita menganalisis kebutuhan Peserta Didik, maka kita juga perlu menganalisis karakteristik Peserta Didiknya, baik menyangkut kemampuan pengetahuan atau keterampilan yang telah dimiliki Peserta Didik sebelumnya. Cara mengetahuinya bisa dengan tes atau dengan yang lainnya. 

Langkah ini sanggup disederhanakan dengan cara mengenalisa topic-topik bahan bimbing yang dipandang sulit dan karenanya memerlukan derma media. Pada langkah ini sekaligus pula sanggup ditentukan ranah tujuan pembelajaran yang hendak dicapai, termasuk rangsangan indera mana yang diharapkan (audio, visual, gerak atau diam).

Adanya kebutuhan tersebut sebaiknya menjadi dasar pijakan dalam membuat media pembelajaran, lantaran dengan dorongan kebutuhan inilah media sanggup berfungsi dengan baik. dan media yang dipakai Peserta Didik, haruslah relevan dengan kemampuan yang dimiliki Peserta Didik.

Merumuskan tujuan intruksional (Instructional Objective) dengan operasional dan khas

Untuk sanggup merumuskan tujuan instruksional dengan baik, ada beberapa ketentuan yang harus diingat, yaitu: 
  1. Tujuan instruksional harus berorientasi kepada Peserta Didik. Artinya tujuan instruksional itu benar-benar harus menyatakan adanya prilaku Peserta Didik yang sanggup dilakukan atau diperoleh sesudah proses berguru dilakukan.
  2. Tujuan harus dinyatakan dengan kata kerja yang operasional, artinya kata kerja itu memperlihatkan suatu prilaku/perbuatan yang sanggup diamati atau diukur. 
Sebuah tujuan pembelajaran hendaknya mempunyai empat unsur pokok yang sanggup kita akronimkan dalam ABCD (Audience, Behavior, Condition, dan Degree). 

Merumuskan butir-butir bahan secara terperinci yang mendukung tercapainya Tujuan.

Penyusunan rumusan butir-butir bahan yakni dilihat dari sub kemampuan atau keterampilan yang dijelaskan dalam tujuan khusus pembelajaran, sehingga bahan yang disusun yakni dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan dari kegiatan proses berguru mengajar tersebut.

Setelah daftar butir-butir bahan dirinci maka langkah selanjutnya yakni membuatnya dari yang sederhana hingga kepada tingkatan yang lebih rumit, dan dari hal-hal yang konkrit kepada yang abstrak.

Mengembangkan alat pengukur keberhasilan

Alat pengukur keberhasilan seyogyanya dikembangkan terlebih dahulu sebelum naskah aktivitas ditulis. Dan alat pengukur ini harus dikembangkan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai dan dari materi-materi pembelajaran yang disajikan. Bentuk alat pengukurnya bisa dengan tes, pengamatan, penugasan atau cheklist prilaku.

Instrumen tersebut akan dipakai oleh pengembang media, saat melaksanakan tes uji coba dari aktivitas media yang dikembangkannya. Misalkan alat pengukurnya tes, maka Peserta Didik nanti akan diminta mengerjakan bahan tes tersebut. Kemudian dilihat bagaimana hasilnya. Apakah Peserta Didik memperlihatkan penguasaan bahan yang baik atau tidak dari imbas media yang digunakannya atau dari bahan yang dipelajarinya melalui sajian media. Jika tidak maka dimanakah letak kekurangannya. Dengan demikian, maka Peserta Didik dimintai balasan perihal media tersebut, baik dari segi kemenarikan maupun efektifitas penyajiannya.

Menulis Naskah Media

Naskah media yakni bentuk penyajian bahan pembelajaran melalui media rancangan yang merupakan klasifikasi dari pokok-pokok bahan yang telah disusun secara baik menyerupai yang telah dijelaskan di atas. Supaya bahan pembelajaran itu sanggup disampaikan melalui media, maka bahan tersebut perlu dituangkan dalam goresan pena atau gambar yang kita sebut naskah aktivitas media.

Naskah aktivitas media maksudnya yakni sebagai penuntun kita dalam memproduksi media. Artinya menjadi penuntut kita dalam mengambil gambar dan merekam suara. Karena naskah ini berisi urutan gambar dan grafis yang perlu diambil oleh kamera atau bunyi dan bunyi yang harus direkam.

Sebelum naskah ditulis, maka terlebih dahulu disusun garis-garis besar aktivitas media (GBPM) dan rancangan isi medianya.

Tahapan dalam pembuatan atau penulisan naskah yakni berawal dari adanya wangsit dan gagasan yang diadaptasi dengan tujuan pembelajaran. selanjutnya pengumpulan data dan informasi, penulisan sinopsis dan treatment, penulisan naskah, pengkajian naskah atau revisi naskah, revisi naskah hingga naskah siap diproduksi.

Ada beberapa macam bentuk naskah aktivitas media, namun pada prinsipnya mempunyai maksud yang sama, yaitu sebagai penuntun dan perjuangan memproduksi media pembelajaran.

Naskah aktivitas media terdiri dari urutan gambar, caption atau grafis yang perlu diambil dengan alat kamera dan bunyi atau bunyi yang diambil dengan alat perekam suara. Lembaran naskah tersebut dibagi menjadi dua kolom, di sebelah kiri terdiri dari gambar, caption atau grafis. Sedangkan di sebelah kanan berisi narasi atau percakapan yang dibaca narator atau pelaku, dan bunyi lain yang diperlukan.

Petunjuk mudah untuk menulis naskah narasi:
  1. Tulisan singkat, padat dan sederhana
  2. Tulisan menyerupai menulis judul berita, pendek dan tepat, berirama dan gampang diingat
  3. Tulisan tidak harus berupa kalimat yang lengkap
  4. Pikirkan frase yang sanggup melengkapi visual dan tuntun Peserta Didik kepada hal-hal yang penting
  5. Hindari istilah teknis, kecuali kalau istilah itu diberi batasan atau digambarkan
  6. Tulisan dalam kalimat aktif
  7. Usahakan setiap kalimat tidak lebih dari 15 kata. diperkirakan dalam setiap kalimat memakan waktu satu tayangan visual kurang dari 10 detik
  8. Setelah menulis narasi, baca narasi itu dengan bunyi keras
  9. Edit dan revisi naskah narasi itu sebagaimana perlunya

    Download Buku Panduan Pengembangan Media Pembelajaran PAUD

    Selengkapnya mengenai susunan dan isi berkas buku Panduan Pengembangan Media Pembelajaran PAUD ini silahkan lihat dan unduh pada link di bawah ini:

    Panduan Pengembangan Media Pembelajaran PAUD



    Download File:

    Buku Panduan Pengembangan Media Pembelajaran PAUD.pdf


    Demikian yang bisa kami sampaikan mengenai keterangan berkas dan share file buku Panduan Pengembangan Media Pembelajaran PAUD. Semoga bisa bermanfaat.

    Posting Komentar untuk "Buku Panduan Pengembangan Media Pembelajaran Paud"