Pendekatan Joyful Learning Dalam Pembelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup (Plh)
PENDAHULUAN
lsu kekhawatiran terhadap krisis lingkungan memang telah diprediksi semenjak Malthus dengan postulatnya bahwa kemampuan penduduk untuk bertambah secara kuantitas yakni lebih besar dari kesanggupan sumber daya alam dalam menyediakan pangan sebagai kebutuhan pokok manusia. Menurutnya, secara matematis sanggup dijelaskan bahwa pertumbuhan penduduk akan mengikuti deret ukur, sedangkan pertumbuhan pangan mengikuti deret hitung (Todaro, 1995). Pada gilirannya nanti, sumber daya alam tidak sanggup lagi mendukung kebutuhan manusia, sehingga pada ketika inilah terjadi bencana kelaparan, kekurangan gizi, wabah penyakit, bencana alam, dan sebagainya yang sanggup mengakibatkan penderitaan berkepanjangan. Prediksi ini didukung oleh hasil penelitian Meadow et.al. (1 972) yang memperlihatkan bahwa jikalau konsumsi dan perlakuan insan terhadap sumber daya alam tetap sejalan dengan garis eksponensial, maka kualitas lingkungan hidup insan akan mengalami penurunan secara drastic. Lebih jauh lagi, bantu-membantu akan terjadi hari selesai zaman (dooms day) yang diakibatkan oleh pertumbuhan eksponensial dari penggunaan sumber daya alam dan kerusakan lingkungan, pencemaran lingkungan, pertumbuhan penduduk, dan pertumbuhan produksi pangan. Hasil penelitian lain sehubungan dengan penurunan mutu lingkungan dikemukakan oleh Chiras (1995) yang menganalisis bahwa kerusakan lingkungan berakar dari watak dasar insan sebagai imperialis biologis dimana ia memerlukan makan dan berkembang biak, tanpa peduli keterbatasan sumber daya alam dalam menyediakan kebutuhan hidup bagi diri dan keturunannya. Akumulasi dari watak ini membentuk suatu mental yang berpandangan bahwa insan diciptakan untuk menguasai alam serta keberadaan alam itu sendiri tidak terbatas. Pandangan ini selanjutnya menawarkan warna terhadap sikap insan dalam memanfaatkan lingkungan hidupnya, sehingga kerusakan-kerusakan menyerupai yang telah dikemukakan di atas terjadi tanpa sanggup dicegah.
Dengan demikian, masalah-masalah lingkungan hidup yang muncul tidak sanggup dipecahkan secara teknis semata, namun yang lebih penting yakni pemecahan yang sanggup mengubah mental serta kesadaran akan pengelolaan lingkungan. Meskipun memerlukan proses yang panjang, serta kesannya tidak sanggup dilihat dengan segera menyerupai halnya pemecahan secara teknis, namun pemecahan melalui pelatihan perubahan sikap ke arah lebih bertanggung jawab dalam pengelolaan lingkungan merupakan hal yang sangat strategis untuk dilakukan. Hal ini merupakan tantangan bagi pengembangan pendidikan lingkungan untuk sanggup menawarkan bantuan terhadap pembentukan sikap yang bertanggung jawab terhadap lingkungan hidup.
Namun demikian, ketidakpuasan akan pembelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) muncul manakala proses pembelajarannya tidak mendukung pada pengembangan daya nalar dan kreativitas anak, serta terciptanya suasana berguru yang membosankan dan tidak menarik. Cara guru dalam penyampaian yang kurang berorientasi pada tingkat berpikir siswa, dan juga kecenderungan bahwa proses pembelajaran PLH memakai metode ceramah yang monoton merupakan faktor lainnya. Sementara itu, pertumbuhan ke arah berpikir kreatif akan berkembang jikalau siswa senantiasa memperoleh stimuli melalui pembelajaran yang sanggup mendukung pengembangan proses berpikir kreatif (creative thinking), memberi bekal keterampilan-keterampilan untuk menghadapi kehidupan (life skills), dan membuat suasana berguru yang menyenangkan (joyful learning). Pembelaiaran PLH sebagai pelatihan ke arah sikap yang bertanggung jawab terhadap lingkungan hidup harus direncanakan dan dilaksanakan secara aman dan menyenangkan, sehingga siswa mempunyai motivasi dan perhatian untuk berguru lebih jauh.
PEMBELAJARAN PLH
PLH merupakan bidang studi yang mempelajari kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup termasuk insan dan perilakunya yang menghipnotis kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan insan serta makhluk hidup lainnya. Secara filosofis, lingkungan hidup itu sendiri yakni berkenaan dengan permukaan bumi sebagai contoh dan segala acara insan (Stapp & Swan, 1974:59). Oleh lantaran bumi merupakan titik tolak dalam banyak sekali acara manusia, maka konsep lingkungan sanggup diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Bumi sebagai sistem yang tertutup yang mendapatkan energi dari matahari, mempunyai sumber daya air, udara, dan tanah dengan persediaan yang terbatas untuk kesejahteraan manusia, mempunyai kapasitas sistem dan siklus alam, serta mempunyai materi atau materi mentah yang terbatas.
2. Biosfera yang mencakup makhluk hidup dan benda mati.
3. Manusia yang mempunyai kiprah penting dalam berinteraksi dengan lingkungan alam.
4. Ekonomi dan teknologi yang menawarkan bantuan kepada kesejahteraan insan dan keberlanjutan lingkungan hidup.
5. Kebijakan lingkungan hidup yang sanggup menentukan dalam pengelolaan lingkungan hidup.
Dalam kajiannya, PLH diintegrasikan pada banyak sekali bidang studi yang mempelajari korelasi antara jasad hidup dengan istilah dan lingkungannya. Di dalamnya termasuk bidang studi IPA, IPS, ORKES, dan Bahasa. Berbagai disiplin ilmu tersebut dipandang dalam suatu ruang lingkup serta perspektif yang luas dan saling berkaitan. Pada dasarnya, PLH merupakan wadah bagi pendekatan interdisipliner dalam mengatasi permasalahan yang berkenaan dengan lingkungan hidup insan khususnya dan organisme hidup pada umumnya. Dalam mengkaji PLH, tekanan ditujukan terutama kepada menyatukan kembali segala ilmu yang menyangkut perkara lingkungan ke dalam kategori variabel yang menyangkut energi, materi, ruang, waktu dan keanekaragaman.
Tujuan pembelajaran PLH itu sendiri yakni pelatihan peningkatan pengetahuan, kesadaran, sikap, nilai dan sikap lingkungan hidup yang bertanggung jawab. Perilaku dalam hal ini berhubungan langsung dengan niat untuk bertindak (intention to act) (Orams, 1994). Namun sebelum hingga pada ketetapan bertindak, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi, yaitu: (1) kesiapan dalam bertindak, (2) pengetahuan ihwal taktik bertindak, (3) pengetahuan ihwal isu, dan (4 faktor-faktor kepribadian sepeti sikap, lokus kontrol, dan tanggung jawab individu. Tugas guru dalam pembelajaran PLH yakni selain membentuk siswi untuk mempunyai niat bertindak yang positif terhadap lingkungan hidup, juga menawarkan kondisi yang mendukung ke arah sikap yang sesuai dengan niat tadi. Hal ini disebabkan, untuk mencapai ke arah keberlanjutan lingkungan hidup, niat saja tidak cukup tanpa sikap yang mendukung.
PENDEKATAN JOYFUL LEARNING DALAM PEMBELAJARAN PLH
Sesuai dengan tujuan pembelajaran PLH, maka pembelajaran yang efektif seyogianya memakai banyak sekali macam pendekatan yang sanggup menyenangkan dan menarik perhatian siswa. Tujuan utamanya yakni membantu siswa untuk berguru dengan senang hati, sehingga berguru itu merupakan hal yang menyenangkan bukan beban. Untuk membantu ingatan siswa banyak digunakan mnemonic dengan beberapa simbol, nyanyian, dan puisi yang menjadi jembatan keledai. Sebagai contoh, menjumlahkan hari dalam sebulan dengan sebuah jingle 'September, April, Juni dan November punya 30 hari, selebihnya 31 hari, kecuali Februari yang punya 28 hari yang kekecualiannya yakni untuk tahun kabisat, kita perlu menambahkan satu hari lagi'. Demikian juga, dalam mempelajari nama-nama planet di tata surya dengan mnemonic 'MOVE MY SUN' di mana M yakni Merkurius, O dibuang, V Venus, E (Earth) Bumi dan so on (=dst.). Pluto harus ditambahkan pada kepingan akhir.
Selain itu, siswa lebih baik diajak turut memecahkan perkara dari pada mendengarkan saja. Mereka akan berguru lebih banyak ihwal konsep PLH jikalau mereka secara aktif terlibat dalam eksperimen, membicarakannya, memikirkannya dan menerapkannya pada dunia kasatmata di sekitar mereka. Perlu diingat bahwa prinsip ilmiah yang gres tidak akan diketemukan dengan duduk di ruang kelas semata, melainkan dikaji di laboratorium dengan bereksperimen serta secara aktif terlibat dalam pembelajaran. Selain itu, berguru merupakan proses yang berkelanjutan, sehingga kegiatan pembelajaran sebaiknya dikembangkan menurut urutan di mana setiap pengalaman dikembangkan menurut proses pembelajaran sebelumnya.
Jika pembelajaran PLH melalui pendekatan joyful leaning ingin mencapai tujuan, maka sebaiknya memperhatikan beberapa factor sebagai berikut:
1. Kebermaknaan; Pemahaman akan meningkat bila informasi gres dengan gagasan dan pengetahuan yang telah dikuasai oleh murid. Khususnya, istilah dan konsep sering sulit dipahami. Pemahaman tersebut perlu digali melalui pengalaman siswa itu sendiri.
2. Penguatan; terdiri atas pengulangan oleh guru dan latihan oleh siswa. Pengulangan tersebut dan latihan sanggup menanggulangi proses lupa.Dalam pendekatan joyful learning, penguatan merupakan yang harus diperhatikan.
3. Umpan balik; kegiatan berguru akan efektif bila siswa mendapatkan dengan cepat ihwal hasil-hasil kiprah berguru tersebut. Umpan balik sederhana, contohnya koreksi tanggapan siswa atas pertanyaan guru selama pelajaran berlangsung, atau koreksi pekerjaan siswa.
Beberapa model pembelajaran yang sanggup mendukung pendekatan Joyful Learning antara lain adalah:
1. Diskusi
Diskusi mempunyai arti yang penting dalam mengembangkan pemahaman. Hal ini disebabkan diskusi membawa siswa memakai konsep mereka pelajari serta mengubahnya menjadi bentuk lisan yang cukup menyenangkan bagi siswa. Kegiatan diskusi yang menyenangkan sanggup terpenuhi denagan (a) Pengelompokan arti istilah dan pernyataan, (b) Mengadakan pemahaman bersama dalam suatu kelompok, (c) Berbagi pengetahuan dan pengalaman, (d) Membantu siswa memahami informasi baru, (e) Mengidentifikasi banyak sekali opini dan pandangan, dan (f) Bekerja sama dalam pemecahan perkara
2. Penyelidikan Terbimbing Penyelidikan terbimbing dalam pembelajaran PLH sangatlah relevan, selain menyenangkan juga peluang bagi murid untuk meneliti apa yang telah mereka pelajari dan menerapkannya pada dunia nyata. Penyelidikan yang terbimbing sanggup dilakukan dalam banyak sekali bentuk, di antaranya yakni mencari tahu ihwal siklus air contohnya atau mencari tahu aspek-aspek yang mengakibatkan air menjadi tercemar, dan sebagainya. Penyelidikan terbimbing akan efektif jikalau mengikuti serangkaian langkah berikut: (a) siswa menentukan atau diberi topic yang perlu diselidiki atau diteliti, (b) mengumpulkan informasi yang mereka perlukan, (c) menganalisa informasi yang telah mereka kumpulkan, dan (d) menyajikan sebuah laporan ihwal temuan-temuan penyelidikan tersebut sanggup berbentuk presentasi di kelas, serangkaian gambar, diagram dan grafik dinding, atau laporan tertulis.
3. Model IODE Istilah IODE merupakan abreviasi bahasa Inggris untuk intake (Penerimaan), Organization (Pengaturan), Demonstration (Peragaan), dan Expression (Pengungkapan). Keempat karakter tersebut memperlihatkan bahwa ada empat jenis kegiatan murid pada urutan kegiatan belajar. Model tersebut merupakan cara berguru alami dalam memperoleh pengetahuan gres dalam bidang studi dan cukup menyenangkan siswa. Sebagai contoh, dalam pembelajaran PLH yakni topik imbas gangguan iklim El Nino yang telah mengakibatkan kekeringan yang luas, kegagalan panen dan kebakaran hutan di Indonesia. Penerapan dalam pembelajaran di kelas yakni sebagai benkut:
a. Penerimaan (intake) Mendengarkan informasi pelajaran, melihat foto, peta dan gambar yang memperlihatkan efek-efek El Nino, membaca koran, majalah dan buku, mendengarkan laporan radio dan menonton laporan TV ihwal El Nino, mewawancarai petani yang panennya telah dirusakkan oleh El Nino.
b. Pengaturan (Organize) Memetakan daerah-daerah yang terkena El Nino, tulis laporan ihwal petani yang terkena kekeringan, siapkan grafik dan tabel yang memperlihatkan kerugian lantaran hilangnya produksi pertanian dan kerugian lantaran kebakaran hutan, gabungkan laporan-laporan koran ihwal turunnya jumlah orang hutan lantaran kebakaran hutan dan seterusnya.
c. Peragaan (Demonstrate) Menjelaskan bagaimana El Nino terbentuk, menggambarkan daerah-daerah dunia yang terkena imbas El Nino, serta merangkum efek El Nino terhadap produksi beras, kerugian hutan, hilangnya dan matinya hewan hutan dan seterusnya.
d. Pengungkapan (Express) Membuat diagram yang menggambarkan imbas El Nino, serta menyajikan dalam pembicaraan di kelas ihwal El Nino. Atau juga menulis puisi yang menggambarkan perasaan seorang petani yang terkena kekeringan serta menulis dongeng ihwal kebakaran hutan dan seterusnya.
4. Model Pemecahan Masalah
Model ini sanggup digunakan dalam pendekatan Joyful Learning lantaran sanggup menarik minat siswa untuk memecahkan masalah-masalah lingkungan hidup di sekitamya. Seperti, mengapa terjadi banjir, mengapa terjadi wabah kolera, mengapa hutan penting bagi kehidupan manusia, dan sebagainya. Dalam model pemecahan perkara ini, tahap-tahap dalam penyelesaian perkara berbeda-beda sesuai dengan perkara yang bersangkutan, namun secara umum tahapan ini sanggup diurutkan sebagai benkut:
a. Identifikasi Masalah Tahap ini merupakan pengenalan perkara atau informasi yang ada di sekitar siswa. Dalam hal ini siswa sanggup dilibatkan untuk mengemukakan masalah-masalah yang mereka lihat dan rasakan
b. Survei Masalah Pertimbangan ihwal banyak sekali sudut pandang dan aspek yang terkait dengan perkara guna meningkatkan pengertian ihwal perkara tersebut.
c. Definisi Masalah Pendefinisian perkara secara sempurna akan membantu belum dewasa untuk menuntaskan masalah.
d. Fokus Masalah Ukuran perkara perlu dipertimbangkan untuk dipahami lantaran akan menghipnotis cara penyelesaian yang akan dilakukan; guru mempunyai kiprah penting dalam membantu siswa untuk mengarahkan pada perkara yang utama.
e. Analisis Faktor-Faktor Penyebab. Faktor penyebab harus dicari begitu masalahnya telah diketahui dan ditentukan ukurannya. Karena itu, kita perlu mengembangkan pemahaman murid ihwal perkara itu sendiri.
f. Pemecahan perkara lantaran upaya untuk menuntaskan perkara sering mengakibatkan perkara lain. Siswa dalam hal ini sebaiknya diikutsertakan.
5. Kerja Kelompok Melalui kerja kelompok siswa diberi peluang untuk menentukan tujuan, mengajukan dan menyelidiki, menjelaskan konsep, dan membahas masalah. Kerjasama siswa sanggup merangsang pemikiran mereka untuk menyebarkan gagasan. Menjadi kepingan dari suatu kelompok akan menumbuhkan rasa saling memiliki, saling hormat, dan tanggung jawab. Sikap dan sikap serta keterbukaan pikiran, tanggung jawab, kerja sama, dan perhatian pada orang lain juga sanggup dikembangkan. ltu semua yakni keistimewaan penting ihwal sikap kelompok yang efektif. Kerja kelompok yang baik memerlukan persiapan yang cermat dan digunakan hanya:
a. Untuk kegiatan yang mempunyai target yang terperinci dan yang sanggup dilakukan dengan lebih baik oleh suatu kelompok dibandingkan oleh perseorangan.
b. Untuk kegiatan di mana semua anggota kelompok yang bersangkutan sanggup diberi kiprah berkhasiat yang harus dilaksanakan.
c. Bila semua anggota kelompok tersebut mempunyai keterampilan yang diharapkan untuk melaksanakan kiprah yang telah diberi kepada mereka.
Keterampilan tersebut perlu waktu untuk dikembangkan dan dipraktekan secara terus-menerus. Saran-saran berikut ini mungkin berkhasiat ketika memulai kerja kelompok dengan kelas, yaitu:
a. Mulailah kerja kelompok secara perlahan-lahan. Jaga biar kelompok yang bersangkutan tetap kecil, mungkin tidak lebih dari pada 5-8 anak.
b. Pilihiah kiprah yang sederhana, singkat dan terdefinisi dengan baik, dan mungkin diselesaikan secara sukses oleh kelompok yang bersangkutan.
c. Angkatlah seorang pemimpin dan seorang pencatat untuk kelompok tersebut atau suruhlah belum dewasa yang bersangkutan mengangkatnya. Jelaskan tanggung jawab-tanggung jawab pemimpin, pencatat tersebut dan para anggota lainnya.
d. Beri siswa tersebut bahan-bahan sumber yang mereka perlukan untuk menuntaskan kiprah yang bersangkutan (bila mereka lebih berpengalaman, mereka sanggup mengumpulkan sumber mereka sendiri).
e. Gunakan sejumlah waktu dengan setiap kelompok pada awal dan selesai setiap masa kerja. Beri mereka pemberian dan saran tertentu ihwal cara mereka untuk melaksanakan pekerjaan mereka dan cara melaporkan kembali kepada seluruh kelas ihwal apa yang sedang mereka lakukan. Pastikanlah bahwa laporan kelompok tersebut kepada seluruh kelas benar-benar ringkas dan menarik.
PENUTUP
Pendekatan joyful learning merupakan salah satu pendekatan dalam pembelajaran PLH yang mendukung pengembangan berpikir kreatif dan menciptaan suasana berguru yang menyenangkan. Dengan adanya model-model pembelajaran yang sanggup menyenangkan dan menarik perhation siswa, diharapkan siswa merasa senang dan senang (enjoy) dalam mengikuti pelajaranPLH. Lebih jauh lagi siswa sanggup mengembangkan kreativitasnya dalam mengembangkan pengetahuan, sikap, nilai, dan sikap yang bertanggung jawab terhadap lingkungan hidup. Dengan demikian, pembelajaran PLH di sekolah sanggup mencapai target sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Semoga!
Sumber:
http://pakguruonline.pendidikan.net
Posting Komentar untuk "Pendekatan Joyful Learning Dalam Pembelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup (Plh)"