Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Grand Design Pengembangan Teaching Factory Dan Technopark Di Smk

Berikut ini yaitu berkas Buku Grand Design Pengembangan Teaching Factory dan Technopark di SMK. Buku ini diterbitkan oleh Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah kejuruan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
 Berikut ini yaitu berkas Buku Grand Design Pengembangan Teaching Factory dan Technopark  Grand Design Pengembangan Teaching Factory dan Technopark di SMK
Grand Design Pengembangan Teaching Factory dan Technopark di SMK

Grand Design Pengembangan Teaching Factory dan Technopark di SMK

Berikut ini kutipan dari isi Buku Grand Design Pengembangan Teaching Factory dan Technopark di SMK:

Pengantar
Salah satu faktor utama keberhasilan pembangunan di suatu negara yaitu tersedianya sumber daya insan (SDM) yang berkualitas dan bisa menopang pertumbuhan ekonomi sesuai dengan perkembangan industri modern berbasis informasi yang berubah dengan cepat. Oleh lantaran itu kualitas pendidikan merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam pembangunan suatu negara, termasuk Indonesia. Pendidikan Menengah yaitu jenjang pendidikan pada jalur pendidikan formal yang merupakan lanjutan pendidikan dasar, berbentuk Sekolah Menengah Atas, Madrasah Aliyah, Sekolah Menengah Kejuruan, dan Madrasah Aliyah Kejuruan, atau bentuk lain yang sederajat. Tujuan pendidikan menengah yaitu meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, adat mulia, serta keterampilan untuk hidup berdikari dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.

Pendidikan Kejuruan yaitu pendidikan menengah yang mempersiapkan akseptor didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu. Dalam menghadapi keterbukaan ekonomi, sosial, dan budaya antarnegara secara global, khususnya dalam penerapan masyarakat ekonomi ASEAN (MEA) yang diberlakukan selesai tahun 2015, lndonesia dihadapkan pada persaingan yang makin ketat, termasuk dalam penyediaan tenaga kerja yang akan mengisi kebutuhan tenaga kerja di bidang industri, perdagangan, pariwisata, dan lapangan kerja lain di negara-negara anggota MEA. Apabila lndonesia tidak menyiapkan penyediaan tenaga kerja terampil menengah hingga profesional, dimulai dari peningkatan susukan dan mutu pendidikan menengah, sanggup dipastikan lndonesia hanya akan menjadi penampungan tenaga kerja terampil menengah hingga profesional dari negara-negara anggota MEA.

Untuk mengantisipasi tuntutan dan tantangan di atas, dan sebagai kelanjutan dari Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun (Wajar Dikdas), yang secara nasional telah tuntas, melalui Peraturan Presiden Nomor 41 Tahun 2015 wacana Pembangunan Sumber Daya Industri telah diluncurkan Program Teaching Factory dan Technopark di SMK. Program Teaching Factory yaitu suatu konsep pembelajaran di Sekolah Menengah kejuruan berbasis produksi/jasa yang mengacu kepada standar dan mekanisme yang berlaku di industri dan dilaksanakan dalam suasana menyerupai yang terjadi di industri. Implementasi Teaching Factory di Sekolah Menengah kejuruan sanggup menjembatani kesenjangan kompetensi antara kebutuhan industri dan kompetensi yang dihasilkan oleh sekolah. Pelaksanaan Teaching Factory menuntut keterlibatan mutlak pihak industri sebagai pihak yang relevan menilai kualitas hasil pendidikan dari SMK. Teaching Factory juga harus melibatkan Pemda/Pemkot/provinsi maupun orang bau tanah dan masyarakat dalam perencanaan, regulasi maupun implementasinya. Dalam proses pendidikan di SMK, keterlibatan pihak industri dalam proses pembelajaran sangatlah penting, lantaran perkembangan teknologi maupun proses dalam produksi/jasa yang sangat pesat. Penerapan Teaching Factory di Sekolah Menengah kejuruan akan mendorong mekanisme kolaborasi antar sekolah dan industri yang saling menguntungkan, sehingga Sekolah Menengah kejuruan akan selalu mengikuti perkembangan industri secara otomatis (teknologi transfer, manajerial, pengembangan kurikulum, prakerin, dan sebagainya. Program Technopark di Sekolah Menengah kejuruan dicanangkan sebagai sentra dari beberapa Teaching Factory di Sekolah Menengah kejuruan (“hub”) yang menghubungkan dunia pendidikan (SMK) dengan dunia industri dan instansi yang relevan untuk bekerja sama dengan Teaching Factory di SMK. Technopark akan menjadi “Think-Thank” Sekolah Menengah kejuruan dalam pengembangan Teaching Factory yang harus bisa menyesuaikan perkembangan industri yang pesat. Technopark juga akan mempromosikan potensi tempat yang relevan untuk pengembangan ekonomi tempat dan sekaligus mempermudah komunikasi dengan dunia industri.

Salah satu tujuan utama aktivitas Teaching Factory dan Technopark di Sekolah Menengah kejuruan yaitu untuk meningkatkan kompetensi lulusan Sekolah Menengah kejuruan yang relevan dengan kebutuhan industri, sehingga berdampak kepada penguatan daya saing industri di Indonesia. Kompetensi yang dihantarkan secara integratif melalui penerapan Teaching Factory yaitu kompetensi yang “comphrehensive” mencakup keahlian di ranah psikomotorik, afektif/sikap (“attitude”) dan kemampuan berpikir/mental (cognitive) “Higher-Order Thinking Skills” (HOTS) yang bisa berpikir kritis dan memecahkan kasus (“critical thinking/evaluation” dan “problem solving”). Sehingga pendidikan di Sekolah Menengah kejuruan akan menghasilkan lulusan yang tidak hanya kompeten dari sisi keterampilan (hard skill), namun juga produktif dan bersikap baik (produktif dan tahan banting). Oleh lantaran itu, Rencana lnduk (Grand Design) ini disusun untuk memberi kode dalam pelaksanaan Program Teaching Factory dan Technopark di Sekolah Menengah kejuruan dan sebagai panduan dalam penyusunan dokumen perencanaan dan implementasi Teaching Factory dan Technopark di Sekolah Menengah kejuruan yang lebih teknis, baik pada level nasional maupun level tempat (provinsi dan kabupaten/kota). Peraturan, prosedur, kurikulum, sarana dan prasarana untuk mendukung terlaksananya penerapan aktivitas Teaching Factory dan Technopark di Sekolah Menengah kejuruan harus ditindaklanjuti secepatnya oleh instansi teknis terkait. Grand Design ini juga diharapkan bisa dipahami serta dimanfaatkan oleh seluruh masyarakat, khususnya para pemangku kepentingan. Dengan demikian, banyak pihak sanggup terlibat aktif secara efektif dan konstruktif, termasuk memberi kritik, evaluasi, dan rekomendasi. Pelibatan publik secara lebih aktif dan terintegrasi diharapkan bisa meningkatkan hasil pembangunan pendidikan, khususnya Sekolah Menengah kejuruan selama lima tahun mendatang.

Latar Belakang
Pendidikan merupakan hak asasi setiap warga negara Indonesia, dimana setiap warga negara Indonesia berhak memperoleh pendidikan yang bermutu sesuai dengan minat dan talenta yang dimiliki tanpa memandang status sosial, status ekonomi, suku, etnis, agama dan gender. Pemerataan susukan dan mutu pendidikan akan menciptakan warga negara Indonesia mempunyai keterampilan hidup (life skills) sehingga akan mendorong tegaknya pembangunan insan seutuhnya serta masyarakat madani dan modern yang dijiwai oleh nilai-nilai Pancasila, sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 wacana Sistem Pendidikan Nasional. Namun demikian, Human Development Report tahun 2013 versi UNDP menyebutkan bahwa peringkat mutu sumber daya insan (Human Development Index, HDI) Indonesia berada pada urutan ke-108. Peringkat ini jauh di bawah Thailand (89), Malaysia (62), Brunei Darussalam (30), Korea Selatan (16), dan Singapura (12). Pada tahun 2014, posisi Indonesia tetap yaitu pada rangking ke-108 dengan nilai 0,684 dan rangking ini masih berada di bawah Thailand (89), Malaysia (62), Brunei Darussalam (30), Korea Selatan (15), dan Singapura (9). Sementara itu, World Economic Forum menyatakan bahwa daya saing (Global Competitivness Index, GCI) Indonesia pada tahun 2014 berada pada peringkat ke 34. Peringkat ini di bawah Thailand (31), Korea Selatan (26), Malaysia (20), dan Singapura (2). Sementara itu, pada tahun 2015 posisi Indonesia semakin menurun yaitu berada pada rangking ke-37 dengan nilai 4,521, atau jikalau dibandingkan dengan tahun 2014 menurun sebanyak tiga level. Rangking ini juga masih berada di bawah Thailand (32), Korea Selatan (26), Malaysia (18), dan Singapura (2). Berdasarkan data HDI dan GCI tersebut, menunjukkan bahwa posisi daya saing Indonesia dibandingkan dengan daya saing dari negara-negara ASEAN dan Asia masih relatif lebih rendah. Sementara itu, kondisi ketenagakerjaan di Indonesia dikala ini masih diwarnai tingkat pengangguran yang tinggi. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat total jumlah pengangguran terbuka secara nasional pada Agustus 2014 mencapai 7,24 juta orang atau 5,94% dari total angkatan kerja. Jumlah pengangguran yang tinggi dimungkinkan lantaran kompetensi yang dimiliki oleh SDM Indonesia masih rendah dibandingkan kompetensi yang dibutuhkan oleh dunia usaha/industri atau lantaran peluang kerja yang memang tidak cukup untuk menampung semua lulusan tenaga kerja yang dihasilkan oleh sekolah dan akademi tinggi. Di samping itu, tingkat keberhasilan pembangunan nasional sangat terkait dengan kualitas sumber daya manusia. Negara telah berupaya mengoptimalkan dan memaksimalkan pembangunan kapasitas sumber daya insan Indonesia melalui sektor pendidikan, baik melalui jalur pendidikan formal maupun jalur pendidikan non formal. Pendidikan yang dilakukan sedapat mungkin mencerminkan proses memanusiakan insan atau dengan perkataan lain mengaktualisasikan semua potensi yang dimilikinya menjadi kemampuan yang sanggup dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat. Salah satu jalur pendidikan formal yang menyiapkan lulusannya untuk mempunyai keunggulan di dunia kerja yaitu Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Salah satu tujuan penting pengembangan aktivitas pendidikan Sekolah Menengah kejuruan yaitu menyiapkan sumber daya insan yang siap memasuki dunia kerja, mempunyai kepemimpinan tinggi, disiplin, profesional, handal di bidangnya dan produktif. Dengan demikian, lulusan Sekolah Menengah kejuruan idealnya merupakan tenaga kerja tingkat menengah yang siap pakai, dalam arti eksklusif bisa bekerja di dunia perjuangan dan industri. Permasalahan Sekolah Menengah kejuruan dikala ini umumnya terkait dengan keterbatasan peralatan, masih rendahnya biaya praktik, dan lingkungan berguru yang belum sesuai dengan dunia kerja. Kondisi ini sanggup mengakibatkan ketidaksiapan lulusan Sekolah Menengah kejuruan dalam memasuki dunia kerja. Ketidaksiapan lulusan Sekolah Menengah kejuruan dalam melaksanakan pekerjaan yang ada di dunia kerja mempunyai imbas domino terhadap industri pemakai. Sebagai pengguna tenaga kerja, industri harus menyelenggarakan pendidikan di dalam industri untuk menyiapkan tenaga kerjanya. Dengan demikian pihak industri harus mengalokasikan biaya ekstra di luar biaya produksi. Sebenarnya pihak industri dan pihak sekolah mempunyai keterbatasan masing-masing dalam membentuk dan mendapat tenaga kerja siap pakai. Pihak sekolah mempunyai keterbatasan dalam pembiayaan dan penyediaan lingkungan belajar, sementara pihak industri mempunyai keterbatasan sumber daya pendidikan untuk membentuk tenaga kerja yang dibutuhkan. Oleh lantaran itu untuk mendapat lulusan Sekolah Menengah kejuruan yang siap pakai, perlu dilakukan kolaborasi antara Sekolah Menengah kejuruan dengan dunia usaha/dunia industri dengan tujuan untuk mempercepat waktu penyesuaian bagi lulusan Sekolah Menengah kejuruan dalam memasuki dunia kerja dan pada balasannya juga akan meningkatkan mutu SMK. Di negara-negara maju, tugas industri ditunjukkan secara nyata melalui kolaborasi program, santunan finansial untuk penelitian dan beasiswa akseptor didik. Bahkan di beberapa negara, tugas industri ini sudah menjadi kewajiban lantaran sudah ada regulasi yang mengaturnya. Di sisi lain, pendidikan kewirausahaan di Indonesia masih kurang memperoleh perhatian yang cukup memadai, baik oleh dunia pendidikan maupun masyarakat. Secara kurikulum pendidikan kewirausahaan masuk dalam adaptif, artinya bahwa terdapat beberapa teori yang harus dipelajari oleh siswa, sehingga cenderung pendidikan kewirausahaan bersifat teoritis di kelas, sedangkan masyarakat masih memandang bahwa menjadi pegawai lebih nyaman dibandingkan dengan menjadi wirausaha/ entrepreneurship. Untuk mengatasi duduk kasus tersebut, pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah secara maksimal meningkatkan kualitas SDM melalui banyak sekali aktivitas pendidikan, menanamkan jiwa wirausaha di setiap jenjang dan tingkat pendidikan, serta berusaha memperluas lapangan kerja. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan (Direktorat PSMK) turut ambil bab dengan berusaha meningkatkan kompetensi dan jiwa wirausaha lulusan SMK. Dalam RPJMN 2015-2019, telah ditargetkan 200 Sekolah Menengah kejuruan mengikuti aktivitas pembelajaran kewirausahaan dan teaching factory.

Sejalan dengan RPJMN 2015-2019, Direktorat PSMK dalam planning strategis 2015-2019 mempunyai visi Terbentuknya Insan dan Ekosistem Pendidikan Sekolah Menengah kejuruan yang berkarakter dengan berlandaskan gotong royong. Salah satu aktivitas prioritas untuk merealisasikan visi tersebut yaitu aktivitas pengembangan Teaching Factory atau sebelumnya disebut dengan teaching industry di SMK. Arah pengembangan yang akan dilakukan akan menjadi lebih efektif apabila pengambil keputusan mendapat masukan informasi yang tepat, akurat dan sanggup dipertanggungjawabkan. Oleh lantaran itu, Rencana Induk Pengembangan Teaching Factory dan Technopark di Sekolah Menengah kejuruan merupakan sebuah keniscayaan yang mutlak diperlukan.

Maksud dan Tujuan
Grand Design atau Rencana Induk Pengembangan Teaching Factory dan Technopark di Sekolah Menengah kejuruan ini disusun dengan tujuan:
  1. Memetakan kondisi Pengembangan Teaching Factory dan Technopark di Sekolah Menengah kejuruan di semua provinsi di Indonesia.
  2. Menyusun taktik pelaksanaan Program Pengembangan Teaching Factory dan Technopark di Sekolah Menengah kejuruan pada tingkat nasional.
  3. Menyusun rekomendasi pelaksanaan Program Pengembangan Teaching Factory dan Technopark di Sekolah Menengah kejuruan di setiap provinsi diadaptasi dengan kondisi internal dan kondisi eksternal pendidikan kejuruan di masing-masing provinsi.
  4. Memberikan persepsi dan pemahaman yang seragam wacana Teaching Factory dan Technopark di Sekolah Menengah kejuruan dengan tujuan utamanya yaitu pendidikan Sekolah Menengah kejuruan yang berkualitas, sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan industri.
Isi Buku
Grand Design Pengembangan Teaching Factory dan Technopark di Sekolah Menengah kejuruan dijabarkan sebagai berikut:

BAB I - PENDAHULUAN
Berisikan latar belakang, maksud & tujuan, dan sistematika Grand Design Pengembangan Teaching Factory dan Technopark di SMK.

BAB II - ANALISIS LINGKUNGAN STRATEGIS
Berisikan kondisi-kondisi eksternal yang merupakan dampak dari pendidikan menengah menyerupai Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan ketenagakerjaan, serta faktor-faktor penting dalam memengaruhi pembangunan pendidikan yang mencakup kondisi geografi, demografi, kemampuan ekonomi masyarakat dan daerah, serta kondisi industri di masing-masing wilayah.

BAB III - KONDISI PEMBANGUNAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN
Menggambarkan kondisi capaian susukan pendidikan menengah kejuruan di setiap provinsi, kondisi mutu dan layanan, pertumbuhan dan sebaran akseptor didik, serta sebaran dan ketersediaan satuan pendidikan menengah kejuruan secara spasial.

BAB IV - KONSEP TEACHING FACTORY DAN TECHNOPARK DI SMK
Berisikan wacana rasional pentingnya Teaching Factory dan Technopark di SMK, dasar aturan yang melandasi Teaching Factory dan Technopark di SMK, serta menjelaskan definisi dan pendekatan yang dipakai dalam konsep implementasi Teaching Factory dan Technopark di SMK.

BAB V - ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, IMPLEMENTASI, KERANGKA KELEMBAGAAN, DAN KERANGKA REGULASI
Berisikan arah kebijakan pengembangan Teaching Factory dan Technopark di Sekolah Menengah kejuruan tahun 2015-2019, strategi, implementasi, kerangka kelembagaan, dan kerangka regulasi yang perlu dipenuhi dalam rangka pelaksanaan aktivitas Pengembangan Teaching Factory dan Technopark di Sekolah Menengah kejuruan .

BAB VI - TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN
Menggambarkan sasaran kinerja selama tahun 2015-2019 beserta kebutuhan anggaran dalam implementasi aktivitas Pengembangan Teaching Factory dan Technopark di SMK, serta Sistem Pengawasan dan Evaluasi.

BAB VII - PENUTUP
Berisikan kesimpulan kondisi dan rekomendasi planning sasaran pemenuhan Pengembangan Teaching Factory dan Technopark di SMK.

    Download Buku Grand Design Pengembangan Teaching Factory dan Technopark di SMK

    Selengkapnya mengenai susunan dan isi Buku Grand Design Pengembangan Teaching Factory dan Technopark di SMK ini silahkan lihat pada file preview atau unduh dalam format PDF pada link di bawah ini:



    Download File:
    Grand Design Pengembangan Teaching Factory dan Technopark di SMK.pdf

    Demikian yang bisa kami sampaikan mengenai keterangan berkas dan share file Buku Grand Design Pengembangan Teaching Factory dan Technopark di SMK. Semoga bisa bermanfaat.

    Sumber: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah kejuruan - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

    Lihat juga posting terkait dengan Buku lainnya:



    Posting Komentar untuk "Grand Design Pengembangan Teaching Factory Dan Technopark Di Smk"