Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Strategi Literasi Dalam Pembelajaran Di Sekolah Smp

Berikut ini yaitu buku Strategi Literasi dalam Pembelajaran  di SMP (Materi Penyegaran Instruktur Kurikulum 2013).  Diterbitkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Satgas GLS Ditjen Dikdasmen, Direktorat Pembinaan SMP 2017. Berkas ini merupakan salah satu materi paparan umum dalam Materi Diklat Guru Sasaran Implementasi Kurikulum 2013 Tahun 2017 untuk SMP.

 Berikut ini yaitu buku Strategi Literasi dalam Pembelajaran  Strategi Literasi dalam Pembelajaran di Sekolah SMP
Strategi Literasi dalam Pembelajaran di Sekolah SMP

Strategi Literasi dalam Pembelajaran di Sekolah SMP

Berikut ini kutipan keterangan dari isi buku Strategi Literasi dalam Pembelajaran di SMP (Materi Penyegaran Instruktur Kurikulum 2013):

Materi ini diharapkan bisa menumbuhkan karakater dalam wujud kebijaksanaan pekerti sebagaimana tercantum dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2015 dan melatih keterampilan berpikir tingkat tinggi.

Materi ini menjadi contoh bagi Sekolah Menengah Pertama dalam pelaksanaan pembelajaran. Materi ini akan disempurnakan dari tahun ke tahun dengan memperhatikan masukan-masukan dari aneka macam pihak, perubahan peraturan-peraturan terkait, dan pengalaman empiris pelaksanaan literasi di sekolah.

Agar pembelajaran literasi di SMP sanggup terlaksana dan mencapai hasil menyerupai yang diharapkan, semua pihak terkait hendaknya berperan aktif dan memperlihatkan donasi yang berarti sesuai kiprah pokok dan kiprah masing-masing. Sekolah diharapkan segera mencermati materi, merancang, dan melakukan taktik literasi dalam pembelajaran sesuai dengan potensi dan kondisi masing-masing sekolah.

DAFTAR ISI

BAB I PENGANTAR
A. Latar Belakang
B. Tujuan Penyusunan
C. Masalah
D. Solusi

BAB II IMPLEMENTASI KEGIATAN LITERASI
A. Persiapan
1. Rapat Koordinasi
2. Pembentukan Tim Literasi Sekolah
3. Sosialisasi
4. Persiapan Sarana Prasarana

B. Pelaksanaan
1. Tiga Tahapan Pelaksanaan
2. Strategi Membangun Budaya Literasi

BAB III STRATEGI LITERASI DALAM PEMBELAJARAN
A. Tujuan
B. Peta Konsep Strategi Literasi
C. Indikator literasi dalam Pembelajaran
D. Alat Bantu

DAFTAR PUSTAKA 

Latar Belakang
Literasi tidak terpisahkan dari dunia pendidikan. Literasi menjadi sarana siswa dalam mengenal, memahami, dan menerapkan ilmu yang didapatkannya di dingklik sekolah. Literasi juga terkait dengan kehidupan siswa, baik di rumah maupun di lingkungan sekitarnya untuk menumbuhkan kebijaksanaan pekerti mulia. Literasi pada awalnya dimaknai 'keberaksaraan' dan selanjutnya dimaknai 'melek' atau 'keterpahaman'. Pada langkah awal, “melek baca dan tulis" ditekankan lantaran kedua keterampilan berbahasa ini merupakan dasar bagi pengembangan melek dalam aneka macam hal.

Pemahaman literasi pada kesannya tidak hanya merambah pada persoalan baca tulis saja. Agar bisa bertahan di masa XXI, masyarakat harus menguasai enam literasi dasar, yaitu literasi baca-tulis, matematika, sains, teknologi isu dan komunikasi, keuangan, serta kebudayaan dan kewarganegaraan. Tiga literasi lainnya yang perlu dikuasai yaitu literasi kesehatan, keselamatan (jalan, mitigasi bencana), dan kriminal (bagi siswa SD disebut “sekolah aman”) (Wiedarti, Mei 2016). Literasi gesture pun perlu dipelajari untuk mendukung keterpahaman makna teks dan konteks dalam masyarakat multikultural dan konteks khusus para difabel. Semua ini merambah pada pemahaman multiliterasi.

Menurut Abidin (2015), multiliterasi dimaknai sebagai keterampilan memakai bermacam-macam cara untuk menyatakan dan memahami ide-ide dan isu dengan memakai bentuk-bentuk teks konvensional maupun bentuk-bentuk teks inovatif, simbol, dan multimedia. Beragam teks yang dipakai dalam satu konteks ini disebut teks multimoda (multimodal text). Adapun pembelajaran yang bersifat multiliterasi--menggunakan taktik literasi dalam pembelajaran dengan memadukan karakter dan keterampilan masa ke-21 (keterampilan berpikir tingkat tinggi)--diharapkan sanggup menjadi bekal kecakapan hidup sepanjang hayat.

Berdasarkan uraian tersebut, istilah literasi merupakan sesuatu yang terus berkembang atau terus berproses, yang pada pada dasarnya yaitu pemahaman terhadap teks dan konteksnya lantaran insan berurusan dengan teks semenjak dilahirkan, masa kehidupan, hingga kematian, Keterpahaman terhadap bermacam-macam teks akan membantu keterpahaman kehidupan dan aneka macam aspeknya lantaran teks itu representasi dari kehidupan individu dan masyarakat dalam budaya masing-masing.

Komunitas sekolah akan terus berproses untuk menjadi individu ataupun sekolah yang literat. Untuk itu, implementasi GLS pun merupakan sebuah proses semoga siswa menjadi literat, warga sekolah menjadi literat, yang kesannya literat menjadi kultur atau budaya yang dimiliki individu atau sekolah tersebut.

Saat ini kegiatan di sekolah ditengarai belum optimal berbagi kemampuan literasi warga sekolah khususnya guru dan siswa. Hal ini disebabkan antara lain oleh minimnya pemahaman warga sekolah terhadap pentingnya kemampuan literasi dalam kehidupan mereka serta minimnya penggunaan buku-buku di sekolah selain buku-teks pelajaran. Kegiatan membaca di sekolah masih terbatas pada pembacaan buku teks pelajaran dan belum melibatkan jenis bacaan lain.

Pada sisi lain, hasil beberapa tes yang telah dilakukan yaitu sebagai berikut. PIRLS atau Progress International Reading Literacy Study (PIRLS) mengevaluasi kemampuan membaca siswa kelas IV. PISA atau Programme for International Student Assessment mengevaluasi kemampuan siswa berusia 15 tahun dalam hal membaca, matematika, dan sains. INAP atau Indonesia National Assessment Programme (INAP) mengevaluasi kemampuan siswa dalam hal membaca, matematika, dan sains. INAP disejarkan dengan PIRLS lantaran sama-sama untuk SD kelas IV.

Data ini selaras dengan temuan UN ESCO (2012) terkait kebiasaan membaca masyarakat Indonesia yang menyatakan bahwa hanya satu dari 1.000 orang Indonesia yang membaca. Sejalan dengan hal tersebut, hasil tes PIAAC atau Programme for the International Assessment of Adult Competencies tahun 2016 untuk tingkat kecakapan orang remaja juga memperlihatkan hasil yang memprihatinkan. Indonesia berada di peringkat paling bawah pada hampir semua jenis kompetensi yang dibutuhkan orang remaja untuk bekerja dan berkarya sebagai anggota masyarakat. Kondisi demikian ini terang memprihatinkan lantaran kemampuan dan keterampilan membaca merupakan dasar bagi pemerolehan pengetahuan, keterampilan, dan pembentukan perilaku siswa. Oleh lantaran itu, dibentuklah Satuan Tugas Gerakan Literasi Sekolah (GLS) sebagai salah satu alternatif untuk menumbuhkembangkan kebijaksanaan pekerti siswa melalui pembudayaan ekosistem literasi sekolah semoga mereka menjadi pembelajar sepanjang hayat (Wiedarti dan Kisyani-L. ed., 2016).

Upaya sistematis dan berkesinambungan perlu dilakukan untuk meningkatkan kemampuan literasi siswa. GLS untuk menumbuhkan minat baca dan kecakapan literasi telah dicanangkan semenjak tahun 2016, namun ketika ini belum sepenuhnya menyentuh aspek pembelajaran di kelas lantaran kondisi sekolah dan kelas berbeda-beda. Beberapa panduan terkait GLS telah diterbitkan tahun 2016 oleh Dikdasmen Kemendikbud, yakni (1) Desain Induk Gerakan Literasi Sekolah, (2) Panduan Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah Dasar, (3) Panduan Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah Menengah Pertama, (4) Panduan Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah Luar Biasa, (5) Panduan Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah Menengah Atas; (6) Panduan Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah Menengah Kejuruan, (7) Buku Saku Gerakan Literasi Sekolah, (8) Manual Pendukung Gerakan Literasi Sekolah untuk Jenjang Sekolah Menengah Pertama. Saat ini, GLS perlu disempurnakan dengan panduan teknis dan pembinaan atau penyegaran untuk memampukan guru melakukan taktik literasi dalam pembelajaran.

Salah satu pembinaan tersebut yaitu pembinaan dan/atau penyegaran pelatih Kurikulum 2013. Materi yang disajikan terutama menekankan pada peningkatan keterampilan mengelola pembelajaran dengan taktik literasi untuk meningkatkan kecakapan literasi siswa, membentuk karakter, dan berbagi keterampilan masa ke-21 (keterampilan berpikir tingkat tinggi). 

Keterampilan berpikir tingkat tinggi (keterampilan masa ke-21) merupakan salah satu kompetensi capaian implementasi Kurikulum 2013.

Materi penyegaran Kurikulum 2013 ini dilengkapi dengan materi presentasi dan alat bantu berwujud pengatur grafis pada pecahan tamat yang memandu kegiatan penerima untuk mendalami dan mengimplementasi taktik literasi dalam pembelajaran. Semua perangkat ini diharapkan sanggup memandu pelatih dan pemangku kepentingan di jenjang nasional, provinsi, kabupaten/kota, dan sekolah dalam pelaksanaan, pengembangan, dan penguatan taktik literasi dalam pembelajaran.

Tujuan Penyusunan
Tujuan penyusunan materi penyegaran ini yaitu untuk:
  1. Memberikan ide kepada penerima pembinaan untuk memanfaatkan bermacam-macam sumber belajar, termasuk buku-teks-pelajaran dan buku-nonteks-pelajaran dalam pembelajaran.
  2. Memandu penerima pembinaan memakai taktik literasi dalam pembelajaran guna berbagi karakter serta meningkatkan pemahaman siswa terhadap teks, kemampuan berpikir tingkat tinggi, dan kecakapan komunikasi siswa.

Masalah
Masalah 1
Pengembangan kegiatan pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan literasi khususnya berbagi minat baca belum berjalan secara optimal di sekolah lantaran beberapa guru mempunyai pemahaman berbeda atau kurang memadai wacana literasi. Guru seharusnya sanggup menjadi teladan yang baik bagi siswanya. Saat guru meminta siswa membaca, guru pun juga perlu membaca untuk memberi contoh yang baik bagi siswanya. Tradisi literasi (kemampuan komunikasi yang artikulatif secara verbal dan goresan pena serta kemampuan menyerap isu melalui teks) juga belum tumbuh secara koheren dalam diri beberapa guru.

Masalah 2
Upaya untuk menyosialisasikan dan meningkatkan kemampuan literasi di sekolah belum membuahkan hasil yang optimal lantaran kurangnya pendampingan dan pembinaan untuk meningkatkan kesadaran dan kemampuan literasi guru. Materi didik dan teks yang tersedia di sekolah belum dimanfaatkan secara optimal untuk berbagi kemampuan literasi siswa. Selain itu, taktik literasi dalam pembelajaran belum diterapkan secara optimal.

Solusi
Guru perlu memahami bahwa upaya pengembangan literasi tidak berhenti ketika anak sanggup membaca dengan lancar dan mempunyai minat baca yang baik sebagai hasil dari adaptasi budaya literasi. Pengembangan literasi perlu terjadi pada pembelajaran di semua mata pelajaran melalui upaya untuk berbagi karakter serta meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Para guru perlu mengoptimalkan taktik literasi dalam pembelajarannya. Pengembangan kemampuan literasi di sekolah akan membantu meningkatkan kemampuan mencar ilmu siswa. Penggunaan teks dan/atau materi didik yang bervariasi, disertai dengan perencanaan yang baik dalam kegiatan pembelajaran diharapkan sanggup meningkatkan kemampuan literasi siswa. 

    Download Buku Strategi Literasi dalam Pembelajaran di Sekolah SMP

    Selengkapnya mengenai susunan dan isi berkas buku Strategi Literasi dalam Pembelajaran di Sekolah SMP ini silahkan lihat atau unduh pada link di bawah ini:

    Strategi Literasi dalam Pembelajaran di Sekolah SMP



    Download File:
    Strategi Literasi dalam Pembelajaran di SMP (Materi Penyegaran Instruktur Kurikulum 2013).pdf

    Demikian yang bisa kami sampaikan mengenai keterangan berkas dan share file buku Strategi Literasi dalam Pembelajaran di Sekolah SMP. Semoga bisa bermanfaat.

    Posting Komentar untuk "Strategi Literasi Dalam Pembelajaran Di Sekolah Smp"