Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Buku Literasi Finansial (Materi Pendukung Gerakan Literasi Nasional)

Berikut ini ialah berkas Buku Literasi Finansial yang merupakan salah satu Materi Pendukung Gerakan Literasi Nasional. Buku ini diterbitkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2017. Download file buku format PDF.

 Berikut ini ialah berkas Buku Literasi Finansial yang merupakan salah satu Materi Penduk Buku Literasi Finansial (Materi Pendukung Gerakan Literasi Nasional)
Buku Literasi Finansial (Materi Pendukung Gerakan Literasi Nasional)

Buku Literasi Finansial (Materi Pendukung Gerakan Literasi Nasional)

Berikut ini kutipan teks/keterangan dari isi berkas Buku Literasi Finansial (Materi Pendukung Gerakan Literasi Nasional):

SAMBUTAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
Sejarah peradaban umat insan memperlihatkan bahwa bangsa yang maju tidak dibangun hanya dengan mengandalkan kekayaan alam yang melimpah dan jumlah penduduk yang banyak. Bangsa yang besar ditandai dengan masyarakatnya yang literat, yang mempunyai peradaban tinggi, dan aktif memajukan masyarakat dunia. Keberliterasian dalam konteks ini bukan hanya problem bagaimana suatu bangsa bebas dari buta aksara, melainkan juga yang lebih penting, bagaimana warga bangsa mempunyai kecakapan hidup semoga bisa bersaing dan bersanding dengan bangsa lain untuk membuat kesejahteraan dunia. Dengan kata lain, bangsa dengan budaya literasi tinggi memperlihatkan kemampuan bangsa tersebut berkolaborasi, berpikir kritis, kreatif, komunikatif sehingga sanggup memenangi persaingan global.

Sebagai bangsa yang besar, Indonesia harus bisa mengembangkan budaya literasi sebagai prasyarat kecakapan hidup kurun ke-21 melalui pendidikan yang terintegrasi, mulai dari keluarga, sekolah, hingga dengan masyarakat. Penguasaan enam literasi dasar yang disepakati oleh World Economic Forum pada tahun 2015 menjadi sangat penting tidak hanya bagi akseptor didik, tetapi juga bagi orang renta dan seluruh warga masyarakat. Enam literasi dasar tersebut meliputi literasi baca tulis, literasi numerasi, literasi sains, literasi digital, literasi finansial, dan literasi budaya dan kewargaan.

Pintu masuk untuk mengembangkan budaya literasi bangsa ialah melalui penyediaan materi bacaan dan peningkatan minat baca anak. Sebagai serpihan penting dari penumbuhan akal pekerti, minat baca anak perlu dipupuk semenjak usia dini mulai dari lingkungan keluarga. Minat baca yang tinggi, didukung dengan ketersediaan materi bacaan yang bermutu dan terjangkau, akan mendorong pembiasaan membaca dan menulis, baik di sekolah maupun di masyarakat. Dengan kemampuan membaca ini pula literasi dasar berikutnya (numerasi, sains, digital, finansial, serta budaya dan kewargaan) sanggup ditumbuhkembangkan.

Untuk membangun budaya literasi pada seluruh ranah pendidikan (keluarga, sekolah, dan masyarakat), semenjak tahun 2016 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menggiatkan Gerakan Literasi Nasional (GLN) sebagai serpihan dari implementasi Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2015 wacana Penumbuhan Budi Pekerti. Layaknya suatu gerakan, pelaku GLN tidak didominasi oleh jajaran Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, tetapi digiatkan pula oleh para pemangku kepentingan, ibarat pegiat literasi, akademisi, organisasi profesi, dunia usaha, dan kementerian/ forum lain. Pelibatan ekosistem pendidikan semenjak penyusunan konsep, kebijakan, penyediaan materi pendukung, hingga pada kampanye literasi sangat penting semoga kebijakan yang dilaksanakan sesuai dengan impian dan kebutuhan masyarakat. GLN dibutuhkan menjadi pendukung keluarga, sekolah, dan masyarakat mulai dari perkotaan hingga ke wilayah terjauh untuk berperan aktif dalam menumbuhkan budaya literasi.

Buku Peta Jalan, Panduan, Modul dan Pedoman Pelatihan Fasilitator, Pedoman Penilaian dan Evaluasi, dan Materi Pendukung Gerakan Literasi Nasional ini diterbitkan sebagai rujukan untuk mewujudkan ekosistem yang kaya literasi di seluruh wilayah Indonesia. Penghargaan yang tinggi saya sampaikan kepada tim GLN dan semua pihak yang terlibat dalam penyusunan buku ini. Semoga buku ini tidak hanya bermanfaat bagi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan selaku pencetus dan pelakunya, tetapi juga bagi masyarakat dan seluruh pemangku kepentingan dalam upaya membangun budaya literasi.

Jakarta, September 2017
Muhadjir Effendy

DAFTAR ISI
SAMBUTAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

BAB 1 MENYIAPKAN GENERASI INDONESIA ABAD XXI
1.1 Tantangan dan Peluang
1.2 Pentingnya Literasi Finansial

BAB 2 LITERASI FINANSIAL SEBAGAI KECAKAPAN HIDUP
2.1 Pengertian Literasi Finansial
2.2 Prinsip Dasar Literasi Finansial
2.3 Ruang Lingkup Literasi Finansial
2.4 Indikator Literasi Finansial
2.4.1 Indikator Literasi Finansial di Sekolah
2.4.2 Indikator Literasi Finansial di Keluarga
2.4.3 Indikator Literasi Finansial di Masyarakat

BAB 3 GERAKAN LITERASI FINANSIAL DI SEKOLAH
3.1 Sasaran Gerakan Literasi Finansial di Sekolah
3.2 Strategi Gerakan Literasi Finansial di Sekolah
3.2.1 Penguatan Kapasitas Fasilitator
3.2.2 Peningkatan Jumlah dan Ragam Sumber Belajar Bermutu
3.2.3 Perluasan Akses Sumber Belajar Bermutu dan Cakupan Peserta Belajar
3.2.4 Peningkatan Pelibatan Publik
3.2.5 Penguatan Tata Kelola

BAB 4 GERAKAN LITERASI FINANSIAL DI KELUARGA
4.1 Sasaran Gerakan Literasi Finansial di Keluarga
4.2 Strategi Gerakan Literasi Finansial di Keluarga
4.2.1 Penguatan Kapasitas Fasilitator
4.2.2 Peningkatan Jumlah dan Ragam Sumber Belajar Bermutu
4.2.3 Perluasan Akses Sumber Belajar Bermutu dan Cakupan Peserta Belaja
4.2.4 Peningkatan Pelibatan Publik
4.2.5 Penguatan Tata Kelola

BAB 5 GERAKAN LITERASI FINANSIAL DI MASYARAKAT
5.1 Sasaran Gerakan Literasi Finansial di Masyarakat
5.2 Strategi Gerakan Literasi Finansial di Masyarakat
5.2.1 Penguatan Kapasitas Fasilitator
5.2.2 Peningkatan Jumlah dan Ragam Sumber Belajar Bermutu
5.2.3 Perluasan Akses Sumber Belajar Bermutu dan Cakupan Peserta Belajar
5.2.4 Peningkatan Pelibatan Publik
5.2.5 Penguatan Tata Kelola

BAB 6 PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA

BAB 1 MENYIAPKAN GENERASI INDONESIA ABAD XXI 

1.1 Tantangan dan Peluang
Menurut laporan forum internasional Bank Dunia atau World Bank, Indonesia mengalami pertumbuhan ekonomi yang cukup besar pada 2017, yaitu sebesar 5,2%. Namun, pada kenyataannya hanya sebagian kecil kelompok masyarakat yang menikmatinya sehingga kesenjangan ekonomi dan sosial semakin meluas. Berdasarkan hasil penelitian indeks literasi finansial (keuangan), kemampuan literasi finansial masyarakat Indonesia masih tergolong rendah di daerah Asia tenggara kalau dibandingkan dengan negara Malaysia dan Singapura. Berdasarkan data penelitian yang dilakukan oleh World Bank pada 2015, Indonesia masuk ke peringkat 32 dari seluruh negara di dunia. Bila dibandingkan dengan Singapura, Indonesia jauh tertinggal. Berdasarkan data hasil penelitian Master Card, Singapura merupakan negara yang menduduki urutan pertama dalam literasi finansial, sedangkan Indonesia tidak termasuk ke dalam urutan sepuluh pertama.

Indonesia termasuk negara yang mengalami inflasi cukup tinggi dari tahun ke tahun. Hal ini mengakibatkan terjadinya ketidakstabilan ekonomi yang dirasakan oleh masyarakat, terutama masyarakat golongan kelas menengah ke bawah. Laju inflasi yang cukup tinggi mengatakan dampak yang signifikan, ibarat turunnya nilai tukar rupiah terhadap mata uang lain, ketidakstabilan harga, dan kredit macet. Hal tersebut menjadikan guncangan ekonomi yang berimbas kepada ketidakstabilan kondisi dan situasi politik Indonesia, ibarat yang terjadi pada masalah krisis moneter pada 1997.

Di sisi lain, minimnya pengetahuan dan keterampilan masyarakat dalam literasi finansial menjadikan rendahnya pemanfaatan produk jasa perbankan dan nonperbankan sehingga masih banyak masyarakat yang terjebak dalam praktik pemanfaatan jasa keuangan ilegal serta sikap yang instan sehingga terjebak pada bagan investasi bodong berkedok penggandaan uang. Selain itu, tingginya praktik korupsi dan suap di sejumlah forum dan korporat mencederai rasa keadilan masyarakat yang menimbulkan ketidakpercayaan masyarakat kepada pemerintah sebagai pengelola negara.

Lebih lanjut, Indonesia yang merupakan negara terbesar ketiga di dunia berdasarkan jumlah populasi dan negara yang kaya akan sumber daya alam menjadi magnet yang memancarkan daya tarik luar biasa bagi banyak produsen internasional. Namun, potensi tersebut tidak diimbangi dengan kualitas sumber daya insan (SDM) yang setara. Minimnya pengetahuan wacana finansial membuat kita hanya bisa mengekspor komoditas sumber daya alam (SDA) dalam bentuk materi mentah. Ironisnya kita hanya menjadi konsumen saja tanpa bisa memanfaatkan kekayaan SDA secara optimal dan mandiri. Dengan memanfaatkan SDA yang melimpah, Indonesia sebenarnya mempunyai potensi dan peluang untuk menjadi negara produsen dengan mengembangkan industri dan perjuangan kecil dan menengah terutama kewirausahaan untuk kesejahteraan dan kemakmuran bangsa Indonesia.

Selain SDA yang berlimpah, Indonesia juga kaya akan nilai-nilai budaya dan kearifan lokal mengenai nilai, konsep, dan praktik pengelolaan kehidupan, termasuk mengatur finansial. Selain kearifan lokal, pemikiran agama juga menekankan pada perlunya pendidikan dan pengelolaan finansial. Di satu sisi, banyaknya muatan edukatif yang terdapat dalam kearifan lokal dan pemikiran agama merupakan hal yang patut dibanggakan. Namun, di sisi lain pemahaman dan penerapan nilai-nilai kearifan lokal dan pemikiran agama sayangnya belum dijalankan secara serius dan intensif oleh masyarakat secara umum. Hal ini terlihat dari pola pikir dan sikap konsumtif yang cenderung kurang bijaksana dalam memprioritaskan antara kebutuhan primer, sekunder, dan tersier, bahkan kebutuhan tersier cenderung menjadi kebutuhan primer dan sekunder. Jika dibiarkan, tentu saja dampak signifikan, yakni pemborosan dan kemiskinan akan berujung pada tingginya angka kejahatan dan destabilisasi bangsa. 

1.2 Pentingnya Literasi Finansial
Melihat banyak sekali problem dan tantangan yang dihadapi dalam uraian subbab sebelumnya, literasi finansial merupakan solusi dan peluang untuk mengatasi kondisi ekonomi ketika ini. Selain itu, Forum Ekonomi Dunia (World Economy Forum) 2015 telah mengatakan citra wacana keterampilan kurun ke-21 yang sebaiknya dimiliki oleh seluruh bangsa di dunia. Keterampilan tersebut meliputi literasi dasar, kompetensi, dan karakter.

Agar bisa bertahan pada era kurun ke-21, masyarakat harus menguasai enam literasi dasar, salah satunya ialah literasi finansial. Untuk bisa bersaing terutama dalam menghadapi era Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), masyarakat Indonesia harus mempunyai kompetensi yang meliputi berpikir kritis/memecahkan masalah, kreativitas, komunikasi, dan kolaborasi. Sementara itu, untuk memenangkan persaingan ekonomi, masyarakat harus mempunyai karakter yang besar lengan berkuasa yang meliputi keyakinan dan takwa, rasa ingin tahu, inisiatif, kegigihan, kemampuan beradaptasi, kepemimpinan, serta kesadaran sosial dan budaya.

Secara umum literasi tidak lagi diartikan sebagai kegiatan baca tulis, tetapi mempunyai makna yang lebih luas yang meliputi pemahaman yang baik terhadap banyak sekali aspek kehidupan. UNESCO mengartikan literasi atau keaksaraan sebagai rangkaian kesatuan dari kemampuan memakai kecakapan membaca, menulis, dan berhitung sesuai dengan konteks yang diperoleh dan dikembangkan melalui proses pembelajaran dan penerapan di sekolah, keluarga, masyarakat, dan situasi lainnya yang relevan untuk remaja dan orang dewasa. Dalam tiga dekade terakhir, pemahaman wacana cakupan literasi telah berkembang, yang meliputi (a) literasi sebagai suatu rangkaian kecakapan membaca, menulis, dan berbicara; kecakapan berhitung; dan kecakapan dalam mengakses dan memakai informasi; (b) literasi sebagai praktik sosial yang penerapannya dipengaruhi oleh konteks; (c) literasi sebagai proses pembelajaran dengan kegiatan membaca dan menulis menjadi medium untuk merenungkan, menyelidik, menanyakan, dan mengkritisi ilmu dan gagasan yang dipelajari; (d) literasi sebagai teks yang bervariasi berdasarkan subjek, genre, dan tingkat kompleksitas bahasa.

Dengan demikian, tampak bahwa literasi begitu penting. Literasi tidak lagi dipahami hanya sebagai transformasi individu semata, tetapi juga sebagai transformasi sosial. Rendahnya tingkat literasi sangat berkorelasi dengan kemiskinan, baik dalam arti ekonomi maupun dalam arti yang lebih luas. Literasi memperkuat kemampuan individu, keluarga, dan masyarakat untuk mengakses kesehatan, pendidikan, serta ekonomi dan politik. Dalam konteks kekinian, literasi tidak lagi hanya sekadar kemampuan baca, tulis, dan berhitung, tetapi juga melek ilmu pengetahuan dan teknologi, keuangan, budaya dan kewargaan, kekritisan pikiran, dan kepekaan terhadap lingkungan sekitar. Oleh alasannya ialah itu, masyarakat Indonesia harus menguasai literasi yang dibutuhkan untuk dijadikan bekal mencapai dan menjalani kehidupan yang berkualitas, baik masa sekarang maupun masa yang akan datang.

Lebih lanjut gosip keuangan ialah salah satu gosip fundamental bagi kehidupan individu dan masyarakat untuk prosedur kelangsungan hidup. Manusia terlahir sebagai makhluk sosial yang membutuhkan dukungan insan lain untuk memenuhi kebutuhan dasar hidup dan bertahan hidup (survive mechanism) sekaligus sebagai konsumen. Pola hidup konsumtif yang tidak proporsional yang tidak sesuai dengan kemampuan pendapatan dan kondisi keuangan akan mengakibatkan problem keuangan. Seorang individu membutuhkan pengetahuan dasar keuangan atau secara umum dikenal dengan istilah literasi keuangan atau literasi finansial. 

BAB 2 LITERASI FINANSIAL SEBAGAI KECAKAPAN HIDUP 

2.1 Pengertian Literasi Finansial
Literasi finansial ialah pengetahuan dan kecakapan untuk mengaplikasikan pemahaman wacana konsep dan risiko, keterampilan semoga sanggup membuat keputusan yang efektif dalam konteks finansial untuk meningkatkan kesejahteraan finansial, baik individu maupun sosial, dan sanggup berpartisipasi dalam lingkungan masyarakat. Selain itu, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga mengatakan penitikberatan mengenai pentingnya inklusi finansial sebagai serpihan yang tidak terpisahkan dari literasi finansial. Pengertian inklusi finansial sendiri ialah sebuah proses yang menjamin kemudahan akses, ketersediaan, dan penggunaan sistem keuangan formal untuk semua individu.

Literasi finansial sebagai salah satu literasi dasar memperlihatkan seperangkat pengetahuan dan keterampilan untuk mengelola sumber daya keuangan secara efektif untuk kesejahteraan hidup sekaligus kebutuhan dasar bagi setiap orang untuk meminimalisasi, mencari solusi, dan membuat keputusan yang sempurna dalam problem keuangan. Literasi finansial juga mengatakan pengetahuan wacana pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya sebagai amunisi untuk pembentukan dan penguatan sumber daya insan Indonesia yang kompeten, kompetitif, dan berintegritas dalam menghadapi persaingan di era globalisasi dan pasar bebas dan juga sebagai warga negara dan warga dunia yang bertanggung jawab dalam pelestarian alam dan lingkungan dalam pemenuhan kebutuhan hidup dan kesejahteraan. 

2.2 Prinsip Dasar Literasi Finansial
  1. Keutuhan (holistik) unsur-unsur literasi finansial bersinergi dengan lima literasi dasar yang lain, dengan kecakapan kurun ke-21.
  2. Keterpaduan (terintegrasi) dengan kompetensi, kualitas karakter dengan lima literasi dasar lainnya. Keterpaduan dengan banyak sekali ranah, baik sekolah, keluarga, dan masyarakat.
  3. Responsif terhadap kearifan lokal dan pemikiran religi yang ada di Indonesia. Berisi muatan yang mempertimbangkan kearifan lokal dan pemikiran religi yang sangat bermacam-macam di Indonesia.
  4. Responsif kesejagatan: mempertimbangkan, tanggap, dan memanfaatkan hal-hal yang berkenaan dengan literasi finansial yang berasal dari mana saja (bersifat universal).
  5. Inklusif: merangkul semua pihak dengan terbuka dan setara; membuka kesempatan atau peluang serta kemungkinan- kemungkinan yang berasal dari pihak lain.
  6. Partisipatif: melibatkan, mendayagunakan, memanfaatkan banyak sekali pemangku kepentingan literasi finansial, dan banyak sekali sumber daya yang dimiliki banyak sekali pemangku kepentingan.
  7. Kesesuaian perkembangan psikologis, sosial, dan budaya: bahan- bahan, program, dan kegiatan literasi finansial selaras dengan perkembangan individu, perkembangan sosial, dan budaya yang melingkupi atau menaungi individu.
  8. Keberlanjutan: seluruh program, kegiatan, dan kesannya harus berlanjut dan saling menopang.
  9. Keakuntabelan semua program, kegiatan, dan hasil literasi finansial harus sanggup dipertanggungjawabkan kepada semua pemangku kepentingan literasi serta bisa diakses dan dikaji kembali oleh pihak lain. 

2.3 Ruang Lingkup Literasi Finansial

Materi:
  • Pengertian transaksi ekonomi dan bermacam-macam jenis praktiknya Pengenalan sumber daya ekonomi (earning)
  • Pengenalan konsep belanja (spending) sebagai pemenuhan kebutuhan dasar
  • Pengenalan konsep menyimpan (saving) dalam terminologi tradisional dan modern
  • Pengenalan konsep menyebarkan (sharing) dengan berbasis pada kearifan lokal, pemikiran agama, dan negara
  • Pengenalan konsep mengenai praktik tidak baik dan kejahatan finansial

Uraian:
  • Pengertian alat tukar, barang, dan jasa
  • Sumber daya alam (SDA)
  • Potensi mengenali dan memakai SDA untuk kesejahteraan dan kemakmuran bersama
  • Sumber daya insan (SDM). SDM untuk mata pencaharian/profesi untuk pemenuhan kebutuhan dasar
  • Skala prioritas, yakni kebutuhan primer, sekunder, dan tertier
  • Sosialisasi dan kampanye gaya hidup ugahari (moderasi)
  • Ilmu konsumen
  • Menabung
  • Asuransi
  • Investasi
  • Amal
  • Pajak
  • Korupsi
  • Rasuah
  • Investasi bodong
  • Jenis kejahatan finansial lainnya

2.4 Indikator Literasi Finansial
  1. Adanya peningkatan indeks literasi finansial. Peningkatan indeks literasi finansial sanggup dilihat dari survei yang dilakukan oleh forum keuangan nasional dan internasional, ibarat forum Bank Indonesia (BI), Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan Bank Dunia (World Bank).
  2. Ketersediaan banyak sekali modul literasi finansial dan sarana penunjang yang mendukungnya. Modul literasi finansial dalam bermacam-macam media yang variatif, ibarat buku cetak, buku elektronik, audio, audio visual, aplikasi, alat peraga, dan sumber literasi finansial lainnya yang sanggup diakses dengan gampang oleh semua lapisan masyarakat.
  3. Implementasi gaya hidup ugahari. Sosialisasi ugahari (moderasi) sebagai gaya hidup yang berdampak pada pengelolaan keuangan yang efektif, efisien, dan berimbang.
  4. Peningkatan penggunaan banyak sekali produk jasa keuangan, ibarat bank, asuransi, investasi, dan banyak sekali produk jasa keuangan lainnya. Masyarakat sanggup mengakses layanan produk jasa keuangan yang legal dan kondusif untuk melaksanakan transaksi finansial.
  5. Konsumen yang kritis, cerdas, dan bertanggung jawab. Masyarakat sanggup menentukan dan memilah produk dan jasa yang akan dipakai serta melahirkan produk dan layanan ekonomi yang berkualitas.
  6. Masyarakat yang lebih memprioritaskan produk lokal (nasional). Meningkatnya produksi dan konsumsi produk lokal yang menguatkan perekonomian nasional untuk kemakmuran dan kesejahteraan bangsa Indonesia.
  7. Kompilasi kegiatan literasi finansial berbasis kearifan lokal di seluruh Indonesia. Keberagaman konsep dan praktik literasi finansial berbasis kearifan lokal yang memperkaya khazanah ilmu pengetahuan, terutama ilmu pengetahuan ekonomi.
  8. Sosialisasi dan pemanfaatan Kartu Indonesia Pintar (KIP) yang efektif dan efisien. Pemanfaatan KIP yang optimal oleh rakyat Indonesia mendorong kualitas pendidikan dan SDM.

2.4.1 Indikator Literasi Finansial di Sekolah

1. Basis Kelas
a. Jumlah pembinaan literasi finansial untuk kepala sekolah, guru, dan administrasi sekolah;
b. Intensitas pemanfaatan dan penerapan literasi finansial dalam kegiatan pembelajaran; dan
c. Nilai literasi finansial berdasarkan OJK dan forum lainnya.

2. Basis Budaya Sekolah
a. Jumlah dan variasi buku dan alat peraga berbasis literasi finansial;
b. Frekuensi peminjaman materi bacaan literasi finansial;
c. Jumlah kegiatan literasi finansial;
d. Terdapat kebijakan sekolah terkait literasi finansial;
e. Jumlah penyajian informasi literasi finansial;
f. Akses situs daring dan luring yang bekerjasama dengan literasi finansial; dan
g. Terdapat forum keuangan sekolah yang aktif (bank sekolah atau koperasi).

3. Basis Masyarakat
a. Jumlah sarana dan prasarana yang mendukung literasi finansial di sekolah; dan
b. Tingkat keterlibatan orang renta dan masyarakat dalam mengembangkan literasi finansial di sekolah.

2.4.2 Indikator Literasi Finansial di Keluarga
  1. Jumlah dan variasi materi bacaan literasi finansial yang dimiliki keluarga;
  2. Frekuensi membaca materi bacaan literasi finansial dalam keluarga setiap harinya;
  3. Jumlah bacaan literasi finansial yang dibaca oleh anggota keluarga;
  4. Jumlah pembinaan literasi finansial yang aplikatif dan berdampak pada keluarga;
  5. Jumlah produk keuangan yang dipakai dalam keluarga, ibarat tabungan, asuransi dan investasi;
  6. Tingkat pemahaman konsep wacana fungsi dasar keuangan, ibarat cara menghasilkan uang atau mata pencaharian dan alat barter dan jasa; dan
  7. Tingkat keterlibatan seluruh anggota keluarga dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan finansial dalam kehidupan sehari-hari.

2.4.3 Indikator Literasi Finansial di Masyarakat
  1. Jumlah dan variasi materi bacaan literasi finansial yang dimiliki kemudahan publik;
  2. Frekuensi membaca materi bacaan literasi finansial setiap hari;
  3. Jumlah materi bacaan literasi finansial yang dibaca oleh masyarakat setiap hari;
  4. Jumlah partisipasi aktif komunitas, lembaga, atau instansi dalam penyediaan materi bacaan literasi finansial;
  5. Jumlah kemudahan publik yang mendukung literasi finansial;
  6. Jumlah kegiatan literasi finansial yang ada di masyarakat;
  7. Tingkat partisipasi aktif masyarakat dalam kegiatan literasi finansial;
  8. Jumlah pembinaan literasi finansial yang aplikatif dan berdampak pada masyarakat;
  9. Tingkat ketersediaan jalan masuk informasi dan layanan finansial di seluruh Indonesia;
  10. Jumlah pengguna produk dan layanan jasa keuangan yang dibuktikan dengan hasil survei oleh forum keuangan yang kredibel;
  11. Angka pertumbuhan ekonomi, kemiskinan, dan kesenjangan sosial yang dibuktikan oleh hasil survei (contoh: Badan Pusat Statistik, World Bank);
  12. Tingkat pendapatan per kapita masyarakat kelas menengah dan bawah yang dibuktikan dengan hasil sensus nasional oleh forum negara yang berwenang;
  13. Terbukanya lapangan pekerjaan yang diiringi dengan meningkatnya wirausaha dan UMKM yang dibuktikan oleh forum negara yang berwenang; dan
  14. Angka kejahatan finansial (contoh: laporan atau survei dari POLRI, KPK, OJK, BPK dan forum lainnya). 

BAB 3 GERAKAN LITERASI FINANSIAL DI SEKOLAH

3.1 Sasaran Gerakan Literasi Finansial di Sekolah

1. Basis Kelas
(a) Meningkatnya jumlah pembinaan literasi finansial untuk kepala sekolah, guru, dan administrasi sekolah;
(b) Meningkatnya intensitas pemanfaatan dan penerapan literasi numerasi dalam kegiatan pembelajaran; dan
(c) Meningkatnya skor literasi finansial berdasarkan OJK dan forum lainnya.

2. Basis Budaya Sekolah
(a) Meningkatnya jumlah dan variasi buku dan alat peraga berbasis literasi finansial;
(b) Meningkatnya frekuensi peminjaman materi bacaan literasi finansial;
(c) Meningkatnya jumlah kegiatan literasi finansial;
(d) Terdapatnya kebijakan sekolah terkait literasi finansial;
(e) Meningkatnya jumlah penyajian informasi literasi finansial; 
(f) Meningkatnya jalan masuk situs daring dan luring yang bekerjasama dengan literasi finansial; dan
(g) Terdapatnya forum keuangan sekolah yang aktif (bank sekolah atau koperasi). 

3. Basis Masyarakat
(a) Meningkatnya jumlah sarana dan prasarana yang mendukung literasi finansial di sekolah; dan
(b) Meningkatnya keterlibatan orang renta dan masyarakat dalam mengembangkan literasi finansial di sekolah.

3.2 Strategi Gerakan Literasi Finansial di Sekolah
Materi literasi finansial diberikan sesuai dengan jenjang kelas atau usia anak didik dan harus berintegrasi dengan pelajaran yang ada di sekolah dengan penitikberatan pada praktik baik kegiatan literasi finansial.

3.2.1 Penguatan Kapasitas Fasilitator
  1. Pelatihan guru dan tenaga kependidikan dalam menerapkan metode pembelajaran berbasis literasi finansial di dalam kurikulum yang ada di sekolah;
  2. Pelatihan guru Ilmu Pengetahuan Sosial, Agama, Kewarganegaraan dan Kebudayaan, Matematika, dan Sains dalam memakai literasi finansial untuk memperkaya penyajian informasi di dalam mata pelajaran yang diampu;
  3. Pelatihan staf administrasi dalam keterampilan tata kelola finansial sekolah;
  4. Pendidikan guru dalam mempersiapkan calon-calon guru untuk mempunyai pengetahuan dan keterampilan untuk mengaplikasikan literasi finansial;
  5. Pelatihan pembuatan mainan edukatif wacana literasi finansial; dan
  6. Forum diskusi bagi warga sekolah wacana literasi finansial.

3.2.2 Peningkatan Jumlah dan Ragam Sumber Belajar Bermutu
  1. Penyediaan buku-buku yang berkaitan dengan literasi finansial, baik fiksi, nonfiksi, maupun rujukan yang berbasis kearifan lokal, pemikiran agama, dan ilmu ekonomi modern;
  2. Penyediaan alat peraga yang menunjang literasi finansial, ibarat celengan, video, dan alat pendukung lainnya;
  3. Permainan edukatif wacana literasi finansial yang diubahsuaikan dengan kondisi sekolah;
  4. Penyediaan informasi dan sumber berguru serta permainan daring dan luring mengenai literasi finansial oleh forum keuangan; dan
  5. Program menulis buku wacana literasi finansial bagi guru dan tenaga kependidikan.

3.2.3 Perluasan Akses Sumber Belajar Bermutu dan Cakupan Peserta Belajar
  1. Pengembangan sarana penunjang dengan memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai media pembelajaran sehingga membuat ekosistem yang literat finansial.
  2. Pengoptimalan “laboratorium finansial” di sekolah dengan memanfaatkan kemudahan yang sudah ada.
  3. Pengoptimalan perpustakaan;
  4. Penyediaan sudut baca di kelas yang berisi buku-buku literasi finansial;
  5. Penyelenggaraan open house oleh sekolah yang sudah mengembangkan literasi;
  6. Program pengimbasan sekolah; dan
  7. Kampanye literasi.

3.2.4 Peningkatan Pelibatan Publik
  1. Sharing Session dengan mengundang pihak publik untuk menyebarkan wacana cara mereka mengaplikasikan literasi finansial di dalam profesi dan kehidupan mereka sehari-hari.
  2. Mengadakan kegiatan Bulan Literasi Finansial dengan cara berikut. a. Mengundang dan melibatkan orang renta dan publik untuk melaksanakan kegiatan literasi finansial bersama akseptor didik, ibarat career days yang juga bertujuan untuk memperkenalkan anak didik pada bermacam-macam jenis profesi yang bersifat saling melengkapi dan menumbuhkan tenggang rasa anak pada bermacam-macam profesi yang ada di masyarakat. b. Mengadakan Project-Based Learning yang bersifat interdisipliner dengan literasi finansial sebagai salah satu unsurnya. Misalnya, dengan mengadakan pameran di sekolah. c. Mengundang forum luar sekolah untuk mengatakan edukasi wacana praktik tidak baik dan kejahatan finansial. d. Menyelenggarakan bedah buku bertema literasi finansial. e. Pelibatan BUMN dan DUDI pada kegiatan literasi finansial di sekolah.

3.2.5 Penguatan Tata Kelola
  1. Pengalokasian dana dan waktu untuk kegiatan penguatan pelaku, peningkatan jumlah dan ragam sumber belajar, penyediaan sarana penunjang, dan kegiatan-kegiatan literasi finansial terkait;
  2. Pembentukan Tim Literasi Sekolah;
  3. Pembuatan kebijakan sekolah yang menyatakan pentingnya literasi finansial;
  4. Penguatan persatuan orang renta murid dan guru untuk membangun kekerabatan kerja sama yang besar lengan berkuasa untuk terlibat di dalam literasi finansial; dan
  5. Penyediaan ruang di lingkungan sekolah untuk tampilan-tampilan yang berkaitan dengan literasi finansial.

BAB 4 GERAKAN LITERASI FINANSIAL DI KELUARGA

Orang renta merupakan biro sosialisasi utama dalam proses berguru anak wacana keuangan dan proses pengembangan sikap pengelolaan keuangan yang dilakukan di dalam lingkungan keluarga. Pembentukan karakter, disiplin diri, dan integritas juga sanggup dilakukan dalam penerapan literasi finansial anak oleh orang renta melalui bermacam-macam praktik, ibarat membiasakan hidup jujur dan ugahari (moderasi), menabung, berderma, melaksanakan wirausaha, pengenalan konsep investasi, dan praktik baik lainnya.

4.1 Sasaran Gerakan Literasi Finansial di Keluarga
  1. Meningkatnya jumlah dan variasi materi bacaan literasi finansial yang dimiliki keluarga;
  2. Meningkatnya frekuensi membaca materi bacaan literasi finansial dalam keluarga setiap harinya;
  3. Meningkatnya jumlah bacaan literasi finansial yang dibaca oleh anggota keluarga;
  4. Meningkatnya jumlah pembinaan literasi finansial yang aplikatif dan berdampak pada keluarga;
  5. Meningkatnya jumlah produk keuangan yang dipakai dalam keluarga, ibarat tabungan, asuransi dan investasi;
  6. Meningkatnya pemahaman konsep wacana fungsi dasar keuangan, ibarat cara menghasilkan uang atau mata pencaharian dan alat barter dan jasa; dan
  7. Meningkatnya keterlibatan seluruh anggota keluarga dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan finansial dalam kehidupan sehari-hari.

4.2 Strategi Gerakan Literasi Finansial di Keluarga

4.2.1 Penguatan Kapasitas Fasilitator
  1. Pelatihan orang renta mengenai konsep perencanaan dan tata kelola keuangan keluarga;
  2. Pengaplikasian konsep perencanaan keuangan dalam keluarga;
  3. Pelatihan orang renta atau tangan kanan rumah tangga mengenai kompetensi finansial dan tata kelola finansial dalam kegiatan mereka sehari-hari bersama bawah umur yang mereka dampingi;
  4. Pelatihan kepada orang renta untuk membuat alat peraga dan permainan finansial yang sanggup dimainkan di rumah;
  5. Pelatihan orang renta mengenai kompetensi finansial dan tata kelola finansial dalam kegiatan mereka sehari-hari bersama bawah umur yang mereka dampingi;
  6. Pengalokasian waktu tertentu dalam keluarga untuk melaksanakan aktivitas-aktivitas bersama yang berkaitan dengan literasi finansial. Misalnya: a. Mengaplikasikan konsep dan praktik literasi finansial dalam kegiatan sehari-hari di rumah; b. Mengajak anggota keluarga melaksanakan kegiatan ekonomi yang dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari; c. Membiasakan anggota keluarga dengan pola hidup ugahari; d. Membiasakan anggota keluarga menabung; e. Membiasakan anggota keluarga berderma; f. Mendorong anggota keluarga berwirausaha; g. Mendorong anggota kelurga mengelola uang yang diterima (uang saku sekolah, angpau, dll.); h. Mendorong anggota keluarga terutama anak untuk membuat perencanaan keuangan sendiri, ibarat perencanaan membeli barang, perencanaan liburan, dan perencanaan uang jajan; i. Membiasakan praktik 4 R (reduce, reuse, recycle, dan recover) kepada seluruh anggota keluarga; dan j. Melakukan permainan yang berkaitan dengan literasi keuangan, ibarat monopoli dan permainan lainnya.

4.2.2 Peningkatan Jumlah dan Ragam Sumber Belajar Bermutu
  1. Penyediaan materi bacaan di rumah yang berkaitan dengan literasi finansial (majalah, koran, dan buku);
  2. Penyediaan materi rujukan yang berkaitan dengan literasi finansial, ibarat film, lagu, aplikasi, dan materi lainnya;
  3. Seminar atau pembinaan wacana literasi finansial;
  4. Partisipasi dalam kegiatan yang berkaitan dengan literasi finansial, ibarat mengajak anak mengikuti lomba literasi finansial, penyuluhan literasi finansial, dan kegiatan lainnya;
  5. Pemanfaatan media teknologi wacana literasi finansial; dan
  6. Penggunaan permainan edukatif wacana literasi finansial.

4.2.3 Perluasan Akses Sumber Belajar Bermutu dan Cakupan Peserta Belajar
  1. Pemanfaatan kemudahan di rumah untuk tampilan-tampilan literasi finansial;
  2. Pemanfaatan kemudahan lain di rumah untuk “laboratorium finansial”, misalnya, taman atau kebun di rumah, dapur, dan keluarga; dan
  3. Interaksi di luar rumah terkait pembelajaran literasi finansial, ibarat transaksi jual beli di pasar, kegiatan menabung di bank, pemberian santunan (berderma), dan kegiatan lainnya.

4.2.4 Peningkatan Pelibatan Publik
  1. Penyediaan layanan informasi literasi finansial untuk keluarga oleh forum keuangan yang berwenang dan komunitas di masyarakat;
  2. Penyediaan kemudahan pembinaan edukasi literasi finansial untuk keluarga oleh lembaga-lembaga keuangan di masyarakat;
  3. Kegiatan publik dengan memasukkan unsur literasi finansial untuk keluarga;
  4. Penyelenggaraan kegiatan keluarga yang bekerjasama dengan literasi finansial (berkolaborasi dengan sekolah dan masyarakat); dan
  5. Melibatkan orang renta dalam kegiatan literasi finansial di sekolah.

4.2.5 Penguatan Tata Kelola
  1. Pengalokasian waktu dan dana bagi orang renta untuk mengikuti pembinaan tata kelola keuangan yang efektif dan efisien bagi keluarga;
  2. Penerapan sistem finansial yang efektif dan akuntabel dalam tata kelola keuangan untuk kesejahteraan keluarga;
  3. Pelibatan anggota keluarga terlibat dalam pengambil keputusan dalam rangka perencanaan dan tata kelola keuangan keluarga; dan
  4. Peningkatan inklusi keuangan di setiap keluarga dalam memahami dan memakai produk dan layanan jasa keuangan dalam merencanakan tujuan finansial.

BAB 5 GERAKAN LITERASI FINANSIAL DI MASYARAKAT 

Literasi finansial di masyarakat bertujuan untuk mengatakan pengetahuan dan keterampilan pengelolaan keuangan secara umum di masyarakat yang selaras dengan tujuan pembangunan berkelanjutan hingga dengan tahun 2030.

5.1 Sasaran Gerakan Literasi Finansial di Masyarakat
  1. Meningkatnya jumlah dan variasi materi bacaan literasi finansial yang dimiliki kemudahan publik;
  2. Meningkatnya frekuensi membaca materi bacaan literasi finansial setiap hari;
  3. Meningkatnya jumlah materi bacaan literasi finansial yang dibaca oleh masyarakat setiap hari;
  4. Meningkatnya jumlah partisipasi aktif komunitas, lembaga, atau instansi dalam penyediaan materi bacaan literasi finansial;
  5. Meningkatnya jumlah kemudahan publik yang mendukung literasi finansial;
  6. Meningkatnya jumlah kegiatan literasi finansial yang ada di masyarakat;
  7. Meningkatnya partisipasi aktif masyarakat dalam kegiatan literasi finansial;
  8. Meningkatnya jumlah pembinaan literasi finansial yang aplikatif dan berdampak pada masyarakat;
  9. Meningkatnya ketersediaan jalan masuk informasi dan layanan finansial di seluruh Indonesia;
  10. Meningkatnya jumlah pengguna produk dan layanan jasa keuangan yang dibuktikan dengan hasil survei oleh forum keuangan yang kredibel;
  11. Meningkatnya jumlah kemudahan publik yang terkait dengan literasi finansial di masyarakat, ibarat perpustakaan dan taman bacaan masyarakat (TBM) yang mempunyai sumber rujukan literasi finansial;
  12. Meningkatnya angka pertumbuhan ekonomi dan menurunnya angka kemiskinan dan kesenjangan sosial yang dibuktikan oleh hasil survei (contoh: Badan Pusat Statistik dan World Bank);
  13. Meningkatnya pendapatan per kapita masyarakat kelas menengah dan bawah yang dibuktikan dengan hasil sensus nasional oleh forum negara yang berwenang;
  14. Meningkatnya lapangan pekerjaan yang diiringi dengan meningkatnya wirausaha dan UMKM yang dibuktikan oleh forum negara yang berwenang; dan
  15. Menurunnya angka kejahatan finansial (contoh: laporan atau survei dari POLRI, KPK, OJK, BPK, dan forum lainnya).

5.2 Strategi Gerakan Literasi Finansial di Masyarakat

5.2.1 Penguatan Kapasitas Fasilitator
  1. Pelibatan pelaku BUMN dan dunia perjuangan dan industri (DUDI) untuk meningkatkan jumlah sumber berguru bermuatan finansial dan kegiatan literasi finansial;
  2. Pelibatan anggota masyarakat dalam merencanakan kegiatan finansial yang relevan dengan kegiatan dan kebutuhan mereka sehari-hari;
  3. Pelibatan forum keuangan pemerintah dan nonpemerintah dalam kegiatan kampanye antikejahatan finansial;
  4. Pelibatan tokoh adat dan agama untuk mengampanyekan nilai- nilai etika dalam pembentukan karakter yang berintegritas dalam meminimalisasi kejahatan finansial; dan
  5. Melakukan kerja sama dengan pihak pegiat pendidikan, LSM, dan banyak sekali komunitas dalam mengembangkan literasi finansial.

5.2.2 Peningkatan Jumlah dan Ragam Sumber Belajar Bermutu
  1. Penyediaan informasi literasi finansial yang gampang diakses oleh masyarakat di fasilitas-fasilitas umum;
  2. Penyediaan kemudahan pembinaan dan layanan edukasi literasi finansial di masyarakat yang sanggup diakses oleh segala lapisan masyarakat;
  3. Penyediaan kemudahan buku bacaan, sarana, dan prasarana dalam menunjang literasi finansial di fasilitas-fasilitas umum;
  4. Peningkatan edukasi literasi finansial melalui kampanye masif di media massa;
  5. Peningkatan sosialisasi dan kampanye kegiatan literasi finansial di masyarakat oleh forum keuangan yang berwenang;
  6. Peningkatan jalan masuk masyarakat terhadap sentra sumber belajar;
  7. Penyediaan materi bacaan finansial dan permainan di ruang pelayanan publik;
  8. Sosialisasi sumber-sumber berguru daring wacana finansial sebagai wangsit kegiatan berbasis finansial; dan
  9. Penerjemahan materi penunjang literasi finansial.

5.2.3 Perluasan Akses Sumber Belajar dan Cakupan Peserta Belajar
  1. Penyediaan pojok baca di tempat umum;
  2. Kampanye literasi;
  3. Penyediaan kemudahan umum untuk tampilan literasi finansial; dan
  4. Sosialisasi sumber berguru daring.

5.2.4 Peningkatan Pelibatan Publik
  1. Pelibatan pelaku BUMN dan dunia perjuangan dan industri (DUDI) untuk meningkatkan jumlah sumber berguru bermuatan finansial dan kegiatan literasi finansial;
  2. Pelibatan anggota masyarakat dalam merencanakan kegiatan finansial yang relevan dengan kegiatan dan kebutuhan mereka sehari-hari;
  3. Pelibatan forum keuangan pemerintah dan nonpemerintah dalam kegiatan kampanye antikejahatan finansial;
  4. Pelibatan tokoh adat dan agama untuk mengampanyekan nilai- nilai etika dalam pembentukan karakter yang berintegritas dalam meminimalisasi kejahatan finansial; dan
  5. Melakukan kerja sama dengan pihak pegiat pendidikan, LSM, dan banyak sekali komunitas dalam mengembangkan literasi finansial.

5.2.5 Penguatan Tata Kelola
  1. Pengintegrasian kegiatan masyarakat dengan banyak sekali kegiatan literasi;
  2. Pengalokasian anggaran khusus untuk kegiatan pembinaan dan pendampingan masyarakat untuk pelatihan, kampanye sosialisasi, pengembangan materi, materi bacaan, dan kegiatan masyarakat berbasis dan bermuatan literasi finansial;
  3. Penguatan jaringan dan kerja sama antarunsur sentra berguru dalam masyarakat;
  4. Peningkatan kapasitas pegiat literasi dan staf pemerintahan dalam mengelola dana dan perencanaan kegiatan literasi secara baik dan efektif; dan
  5. Peningkatan tugas anggota masyarakat dalam proses perencanaan dan pengawasan penggunaan dana masyarakat untuk kegiatan-kegiatan yang pribadi dirasakan manfaatnya.

BAB 6 PENUTUP 

Literasi finansial merupakan kecakapan hidup kurun XXI yang meningkatkan kualitas sumber daya manusia, peningkatan taraf hidup sehingga sanggup dijadikan penentu kemajuan sebuah bangsa. Strategi peningkatan kecakapan finansial perlu dilakukan secara berkelanjutan dan melibatkan seluruh warga sekolah, keluarga, dan semua komponen masyarakat. Strategi ini perlu dirumuskan bersama dan diubahsuaikan dengan konteks kebutuhan dan kondisi sosial budaya masyarakat yang beragam.

Materi pendukung literasi finansial ini dibutuhkan bisa berperan sebagai kerangka teladan bagi perumusan kegiatan literasi finansial yang bermacam-macam dan kontekstual. Untuk mencapai pembaca sasaran dengan kondisi geografis, kebutuhan, dan minat yang beragam, materi pendukung ini juga sanggup menjadi teladan bagi penyusunan materi sosialisasi turunan, ibarat infografis, videografis, leaflet, dan panduan teknis lainnya.

    Download Buku Literasi Finansial (Materi Pendukung Gerakan Literasi Nasional)

    Selengkapnya mengenai susunan dan isi berkas Buku Literasi Finansial (Materi Pendukung Gerakan Literasi Nasional) ini silahkan lihat dan unduh pada link di bawah ini:

    Buku Literasi Finansial (Materi Pendukung Gerakan Literasi Nasional)



    Download File:
    Buku Literasi Finansial (Materi Pendukung Gerakan Literasi Nasional).pdf

    Demikian yang bisa kami sampaikan mengenai keterangan berkas dan share file Buku Literasi Finansial (Materi Pendukung Gerakan Literasi Nasional). Semoga bisa bermanfaat.

    Posting Komentar untuk "Buku Literasi Finansial (Materi Pendukung Gerakan Literasi Nasional)"