Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Panduan Pemanfaatan Dan Pengelolaan Laboratorium Bahasa Smp

Berikut ini yaitu berkas buku Panduan Pemanfaatan dan Pengelolaan Laboratorium Bahasa SMP. Diterbitkan oleh Direktorat Pendidikan Sekolah Menengah Pertama, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI Tahun 2017.

 Berikut ini yaitu berkas buku Panduan Pemanfaatan dan Pengelolaan Laboratorium Bahasa SM Panduan Pemanfaatan dan Pengelolaan Laboratorium Bahasa SMP
Panduan Pemanfaatan dan Pengelolaan Laboratorium Bahasa SMP

Panduan Pemanfaatan dan Pengelolaan Laboratorium Bahasa SMP

Berikut ini kutipan keterangan dari isi buku Panduan Pemanfaatan dan Pengelolaan Laboratorium Bahasa SMP:

Salah satu upaya yang dilakukan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam meningkatkan kualitas proses pembelajaran bahasa di SMP yaitu dengan mengadakan laboratorium bahasa untuk SMP. Berdasarkan pemantauan, banyak di antara laboratorium bahasa yang telah diadakan tersebut belum dimanfaatkan, dikelola, dan dikembangkan dengan maksimal. Sejumlah laboratorium bahasa hanya sesekali saja digunakan untuk pembelajaran. Bahkan ada beberapa diantaranya yang rusak tanpa hampir pernah dipergunakan. Dengan demikian, tujuan diadakannya laboratorium bahasa dengan investasi dana yang besar tidak sanggup tercapai. Proses pembelajaran bahasa tetap saja kurang berkualitas.

Kurang maksimalnya pemanfaatan laboratorium bahasa ini terutama disebabkan lantaran guru bahasa tidak mengetahui cara mengoperasikan, mengelola, dan membuatkan laboratorium bahasa. Penyebab lainnya yaitu bahwa laboratorium bahasa tidak mempunyai laboran atau teknisi. Ini mengakibatkan laboratorium bahasa kurang terawat. Setiap kerusakan kecil tidak sanggup segera tertangani sehingga kerusakan menjadi serius, dan risikonya laboratorium bahasa tidak sanggup berfungsi. Terbatasnya perangkat lunak (materi) yang tersedia juga menjadi penyebab kurang maksimalnya pemanfaatan laboratorium bahasa. Karena keterbatasan ini pembelajaran bahasa dalam laboratorium bahasa menjadi kurang bervariasi (biasanya hanya menyimak) atau bahkan tidak sanggup berlanjut lantaran materinya sudah habis disajikan. Keterbatasan perangkat lunak ini diperburuk dengan sangat terbatasnya dana yang dialokasikan secara rutin untuk pemeliharaan, penambahan dan pengembangan perangkat lunak.

Panduan Pemanfaatan dan Pengelolaan Laboratorium Bahasa ini disusun sebagai salah satu acuan bagi sekolah, terutama guru dan laboran, dalam memanfaatkan, mengelola, dan membuatkan laboratorium bahasa menuju laboratorium bahasa yang termanfaatkan dengan maksimal, terawat, dan berkembang sehingga pembelajaran bahasa menjadi lebih bermutu.

DAFTAR ISI:

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan 
C. Sasaran
D. Dasar Hukum

BAB II LABORATORIUM BAHASA SEBAGAI SARANA PENDUKUNG PEMBELAJARAN BAHASA 
A. Laboratorium Bahasa 
B. Peranan Laboratorium Bahasa dalam Pembelajaran Bahasa 
C. Penggunaan Laboratorium Bahasa untuk Pembelajaran Komunikatif 

BAB III JENIS-JENIS LABORATORIUM BAHASA DAN PEMBELAJARAN BAHASA DALAM LABORATORIUM BAHASA 
A. Jenis-jenis Laboratorium Bahasa 
B. Perangkat Lunak Laboratorium Bahasa 
C. Ruang Laboratorium Bahasa 
D. Pembelajaran Bahasa dalam Laboratorium Bahasa 
E. Langkah-langkah Pembelajaran Bahasa di Laboratorium Bahasa

BAB IV PENGELOLAAN PERANGKAT LABORATORIUM BAHASA
A. Pengelolaan Administrasi
B. Pengelolaan Perangkat
C. Perawatan dan Pemeliharaan
D. Laboran

BAB V PETUNJUK PENGGUNAAN LABORATORIUM BAHASA
A. Langkah-langkah Umum Penggunaan Laboratorium Bahasa
B. Istilah Umum dalam Pengoperasian Laboratorium Bahasa
C. Moda Pengoperasian Perangkat Laboratorium Bahasa
D. Petunjuk Pengoperasian Laboratorium Bahasa Tipe AAC

BAB VII PENDAYAGUNAAN LABORATORIUM BAHASA SEBAGAI SELF- ACCESS LEARNING CENTRE
A. Pengembangan Laboratorium Bahasa menjadi SALC
B. Pemanfaatan Laboratorium Bahasa untuk SALC

BAB VIII PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA
GLOSARIUM

DAFTAR TABEL
Tabel Contoh Lembar Laporan keadaan Alat
Tabel Contoh Kartu Peminjaman Barang
Tabel Contoh Buku Inventarisasi Barang
Tabel Contoh Katalog Program/Materi
Tabel Contoh Buku Stok Barang
Tabel Contoh Buku Harian
Tabel Contoh Kartu Reparasi Alat

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Contoh lay out ruang laboratorium bahasa konvensional
Gambar 2. Contoh lay out ruang laboratorium bahasa U Shaped 
Gambar 3. Contoh Struktur Pengelola Laboratorium Bahasa SMP

LAMPIRAN
1. Pemetaan KI dan KD Bahasa Inggris Kelas VII (berdasarkan Permendikbud No. 24 Tahun 2016)
2. Contoh Skenario Pembelajaran berbasis pendekatan komunikatif
3. Petunjuk Keselamatan Belajar dalam Laboratorium Bahasa
4. Contoh tautan-tautan Sumber Belajar di Internet

Latar Belakang
Pembelajaran bahasa dalam koridor Kurikulum 2013 yaitu pembelajaran yang menuntut penerima didik untuk mencari tahu pengetahuan dan cara memeroleh pengetahuan tersebut serta membangun keterampilan berbahasa melalui authentic learning. Di sisi lain, guru dituntut untuk sanggup menyediakan akomodasi berguru dan melaksanakan pembelajaran yang sanggup membuat penerima didik mengalami proses authentic learning. Dalam hal ini, guru dituntut untuk bisa menyelenggarakan pembelajaran otentik (authentic pedagogy) dan evaluasi otentik (authentic assessment). Agar authentic pedagogy, authentic learning, dan authentic assessment sanggup terwujud di kelas dengan baik, sarana dan prasarana pendukung beserta administrasi pengelolaan sarana dan prasarana pendukung tersebut sangat diperlukan. Salah satu sarana yang diharapkan untuk mendukung proses pembelajaran bahasa di sekolah yaitu laboratorium bahasa.

Sebagai salah satu alat dalam teknologi pembelajaran, laboratorium bahasa dalam pengertian yang sangat sederhana sanggup hanya terdiri dari tape player. Dalam pengertian yang canggih, laboratorium bahasa sanggup berupa seperangkat alat multimedia yang sanggup digunakan untuk mengakses banyak sekali macam sumber berguru bahasa. Ciri utamanya yaitu adanya perangkat yang sanggup digunakan untuk memberikan materi audio dan atau visual kepada penerima didik. Selain itu, alat dan sumber berguru yang disediakan dalam laboratorium sanggup digunakan oleh penerima didik untuk berguru secara berdikari dengan sedikit atau tanpa kehadiran guru/laboran.

Agar sanggup menunjang kegiatan pembelajaran bahasa di sekolah, laboratorium bahasa harus sanggup dimanfaatkan secara maksimal dalam hal memberi akomodasi kepada penerima didik untuk melaksanakan pengamatan dan eksplorasi atas fenomena dan tatabahasa dalam rangka membangun pengetahuan kebahasaan dan untuk melaksanakan praktik berkomunikasi dalam bahasa dalam rangka membangun keterampilan berbahasa. Laboratorium bahasa juga berfungsi sebagai sarana yang sanggup digunakan guru untuk melaksanakan pembelajaran saintifik dan evaluasi otentik. Dengan derma laboratorium bahasa, guru akan bisa menyelenggarakan pembelajaran dengan banyak sekali metode dan melaksanakan banyak sekali evaluasi otentik dengan banyak sekali moda menyerupai unjuk kerja, observasi kegiatan diskusi penerima didik di laboratorium, dan tes atas kompetensi pengetahuan yang dilaksanakan di laboratorium bahasa.

Bahwa derma laboratorium bahasa sangat diharapkan untuk menunjang kegiatan pembelajaran bahasa di sekolah dinyatakan dalam PP No. 3 Tahun 2015 ihwal Perubahan kedua PP no 19 tahun 2005 ihwal Standar Nasional Pendidikan Pasal 43 ayat 1 dan 2. Di dalam Permendiknas No. 22 Tahun 2016 ihwal Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah juga dinyatakan bahwa pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi, dalam hal ini sarana laboratorium, diharapkan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran. Berdasarkan observasi di lapangan, ditemukan bahwa laboratorium bahasa yang ada di sekolah tidak selalu dimanfaatkan secara maksimal. Bahkan ada yang hampir tidak dimanfaatkan sama sekali. Keadaan menyerupai ini tentu tidak diharapkan, lantaran laboratorium bahasa yang diadakan dengan biaya yang tidak sedikit tersebut ternyata tidak membantu membuat proses pembelajaran yang berkualitas untuk meningkatkan kemampuan berbahasa penerima didik.

Alasan tidak dimanfaatkannya laboratorium bahasa secara maksimal beragam. Ada guru yang merasa repot kalau harus mengajar bahasa di dalam laboratorium lantaran harus melaksanakan persiapan lebih banyak dibandingkan dengan mengajar di ruang kelas biasa. Ada guru yang merasa takut mengajar di laboratorium lantaran kalau terjadi kerusakan ia tidak sanggup memperbaikinya sementara teknisi laboratorium tidak ada. Ada juga guru yang tidak mau mengajar di laboratorium lantaran ia tidak sanggup mengoperasikannya. Dan masih banyak lagi alasan lainnya.

Panduan pemanfaatan dan pengelolaan laboratorium bahasa ini disusun sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran bahasa dan mengatasi sebagian dari masalah-masalah yang ada di lapangan menyerupai tersebut di atas.

Tujuan
Secara umum tujuan penulisan panduan ini merupakan acuan bagi sekolah dalam mengadakan, memelihara, memanfaatkan dan membuatkan laboratorium bahasa untuk membuat pembelajaran bahasa yang berkualitas semoga pencapaian berguru bahasa penerima didik meningkat. Tujuan khusus panduan ini yaitu menyediakan panduan simpel pelaksanaan pembelajaran saintifik bahasa berbasis laboratorium kepada guru dan penerima didik

Sasaran
Dengan digunakannya panduan ini, guru diharapkan bisa menyelenggarakan pembelajaran bahasa di sekolah dengan baik melalui pemanfaatan secara maksimal sarana yang tersedia di laboratorium bahasa di sekolah. Dengan memanfaatkan sarana tersebut, guru diharapkan bisa membuatkan banyak sekali metode pembelajaran dan menerapkan banyak sekali moda evaluasi otentik sehingga kualitas pembelajaran bahasa penerima didik meningkat. Dengan derma sarana laboratorium bahasa dan dengan keberagaman metode pembelajaran dan moda evaluasi yang dilaksanakan guru, kualitas proses berguru penerima didik akan meningkat yang akan berujung pada penguasaan kompetensi pengetahuan dan keterampilan berbahasa yang baik.

Dasar Hukum
  1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 ihwal Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301).
  2. Peraturan Pemerintahan Republik Indonesia nomor 32 tahun 2013 ihwal Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 ihwal Standar Nasional Pendidikan.
  3. Peraturan Pemerintahan Republik Indonesia nomor 13 tahun 2015 ihwal Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 ihwal Standar Nasional Pendidikan.
  4. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 24 Tahun 2007 ihwal Sarana dan Prasarana Sekolah atau Madrasah Pendidikan Umum.
  5. Surat Edaran Mendikbud Nomor 156928/MPK.A/KR/2013 Tanggal 08 November 2013 ihwal Implementasi Kurikulum 2013. 
  6. Surat Edaran Bersama Menteri Dalam Negeri RI dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 420/176/SJ dan Nomor 0258/MPK.A/KR/2014 ihwal Implementasi Kurikulum 2013.
  7. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 20 Tahun 2016 ihwal Standar Kompetensi lulusan pada Pendidikan Dasar dan Menengah.
  8. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 21 Tahun 2016 ihwal Standar Isi pada Pendidikan Dasar dan Menengah.
  9. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 22 Tahun 2016 ihwal Standar Proses pada Pendidikan Dasar dan Menengah.
  10. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 23 Tahun 2016 ihwal Standar Penilaian pada Pendidikan Dasar dan Menengah.
  11. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 24 Tahun 2016 ihwal Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar pada Pendidikan Dasar dan Menengah. 

Laboratorium Bahasa
Secara konvensional, laboratorium bahasa pada umumnya berupa sebuah ruangan yang berisi meja atau booth yang dilengkapi dengan tape player dengan segala kelengkapannya dan control booth guru atau pengamat dan digunakan untuk pembelajaran bahasa. Tape player mempunyai akomodasi untuk play, rewind, forward, dan record. Peserta didik sanggup berlatih memakai materi rekaman dan mengikuti kegiatan pembelajaran bahasa secara individual atau berkelompok, dan guru sanggup mendengarkan masing-masing penerima didik melalui headset.

Pada ketika ini, laboratorium bahasa konvensional di banyak forum telah digantikan dengan laboratorium multimedia berupa ruang yang dilengkapi dengan jaringan komputer yang terhubung dengan jaringan internet, perangkat lunak yang sesuai, dan peralatan lain yang dirancang untuk membantu penerima didik berguru bahasa baik dengan bimbingan guru maupun tanpa bimbingan guru. Laboratorium multimedia tidak hanya memenuhi fungsi yang ada pada laboratorium bahasa konvesional, namun juga mempunyai fungsi-fungsi yang memungkinkan pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan banyak sekali moda dengan memakai Teknologi Informasi dan Komunikasi yang terkini (misal: penggunaan materi audiovisual dan program-program interaktif).

Peranan Laboratorium Bahasa dalam Pembelajaran Bahasa
Penggunaan laboratorium bahasa terutama untuk pembelajaran bahasa absurd menjadi sangat terkenal semenjak zaman Perang Dunia II, terutama di Amerika Serikat, dalam upaya melatih berbahasa absurd bagi personel angkatan perang yang akan ditugaskan ke daerah- kawasan pendudukan di negara asing. Laboratorium bahasa pada waktu itu dimanfaatkan terutama sebagai upaya mengatasi kekurangan tenaga guru. Kaprikornus salah satu fungsinya yaitu seakan-akan menggantikan tenaga guru. Sebagai “pengganti guru” potensi laboratorium bahasa yang paling besar ialah memperlihatkan training yang bersifat menghafal dan menirukan (rote learning/listen & repeat) secara mekanistik tanpa lelah. Dengan demikian materi pembelajaran bahasa pun didesain dengan pendekatan mekanistik yang tujuannya membentuk kebiasaan (habit forming) dalam menerapkan pola kalimat. Pendekatan semacam inilah yang disebut pendekatan audio-lingual, yang menurut teori ilmu psikologi behaviorisme dan aliran linguistik struktural (structural linguistics). Ini merupakan penggunaan laboratorium bahasa dengan paradigma pembelajaran lama.

Berbeda dari paradigma lama, paradigma gres laboratorium bahasa tidak memfungsikan laboratorium bahasa sebagai pengganti guru, melainkan sebagai sarana pendukung pembelajaran yang memungkinkan terjadinya pembelajaran otentik, pemanfaatan materi otentik serta evaluasi otentik. Fungsinya tidak sebagai sarana training mekanistik yang bertujuan membentuk kebiasaan dalam pemantapan pola kalimat (pattern practice), melainkan untuk training berkomunikasi melalui kegiatan pembelajaran yang berorientasi pada kegiatan berguru learning centered. Desain materi dan pendekatan yang digunakan bukan pendekatan behavioristik, melainkan lebih mendasarkan kepada membangun keterampilan berbahasa dan kemampuan kognitif kebahasaan yang baik disamping perilaku berbahasa yang baik pula. Pendekatan semacam inilah yang dinamakan pendekatan komunikatif (Communicative Approach/CA).

Seiring dengan pelaksanaan pembelajaran ilmiah dan model-model pembalajaran lainnya dalam Kurikulum 2013 mata pelajaran bahasa, pemanfaatan laboratorium bahasa untuk pembelajaran hendaknya mencakupi tiga ranah, yaitu: 1) pemberian pengalaman ihwal aspek komunikasi yang dipelajari (exposure); 2) training keterampilan berbahasa (skill building); dan 3) pembuktian (inquiry/discovery) kaidah-kaidah berbahasa (misal: tatabahasa).

Penggunaan Laboratorium Bahasa untuk Pembelajaran Komunikatif
Untuk menyelenggarakan pembelajaran bahasa komunikatif di laboratorium bahasa, prinsip-prinsip penting berikut ini perlu dipahami dan diterapkan:

1. Transfer of information
Latihan berkomunikasi harus melibatkan transfer informasi dari penerima didik yang satu kepada yang lain. Tanpa adanya transfer informasi, prosesnya tidak sanggup disebut sebagai kegiatan/latihan komunikasi.

2. Information gap
Supaya terjadi transfer informasi, maka harus ada kesenjangan informasi di antara para penerima didik. Artinya, dalam situasi berkomunikasi satu pihak mempunyai informasi yang akan ditransfer, sedangkan yang lain tidak mempunyai informasi tersebut. Apabila kedua pihak mempunyai informasi yang sama, maka situasi itu bukanlah situasi berkomunikasi tetapi hanya merupakan komunikasi semu.

3. Task dependency
Peserta didik hanya akan sanggup menuntaskan kiprah ke dua apabila ia sanggup menuntaskan kiprah pertama dengan baik. Oleh lantaran itu setiap penerima didik akan merasa bertanggungjawab untuk menuntaskan setiap kiprah dengan sempurna.

4. Self-motivated participation
Keikutsertaan untuk terlibat aktif dalam pembelajaran didorong oleh motivasinya sendiri, bukan semata-mata lantaran menerima kiprah dari luar (misalnya guru dan buku).

5. Student-centred activity
Kegiatan yang berpusat pada kepentingan sesama penerima didik, bukan semata-mata untuk memuaskan kiprah terstruktur dari guru.

6. Inter-student communication
Dalam berlatih, terbina komunikasi antarpeserta didik, bukan komunikasi yang selalu melibatkan guru.

7. Student interaction and cooperation
Dalam berlatih bersama, terbina interaksi antar penerima didik dalam memecahkan masalah bersama, sebagaimana layaknya komunikasi dalam pergaulan yang wajar/alami.

8. Non-judgemental evaluation
Penilaian hasil kerja yang tidak bersifat “memvonis” sebagai “salah” atau “benar”, melainkan bersifat “meluruskan” semoga isi informasi tidak melenceng.

9. Correction of the content
Apabila terjadi kesalahan dalam penyelesaian tugas, maka koreksi dilakukan hanya kalau kesalahan itu menimbulkan isi informasi menjadi melenceng/salah. Kesalahan tata bahasa dikoreksi pada waktu lain tersendiri. 

10. Self-correction
Karena pada waktu mengerjakan latihan seorang penerima didik merasa bertanggung jawab untuk melanjutkan ke kiprah berikutnya (prinsip no. 3), maka ia akan sadar dengan sendirinya apabila yang bersangkutan membuat kekeliruan pada waktu mengerjakan tugas/latihan.

11. Subconscious working on grammar
Menguasai kaidah tatabahasa secara tidak eksklusif melalui kegiatan berkomunikasi dengan bahasa target.

12. Group problem solving
Berdiskusi, kalau perlu berdebat secara sehat, di antara rekan sekelompok dengan tujuan memecahkan masalah yang dihadapi bersama.

Ilustrasi berikut memberi citra yang lebih terang mengenai penerapan perinsip-prinsip pendekatan komunikatif dalam pembelajaran bahasa sebagaimana diuraikan di atas.

Simulasi dengan tiga orang penerima didik:
Peserta didik A (berperan sebagai ayah) menyuruh penerima didik B (anak) menelpon stasiun kereta api untuk menanyakan kegiatan kereta. Peserta didik B menelpon stasiun, diterima oleh penerima didik C (petugas). Proses simulasi (role play) ini dilaksanakan dalam laboratorium bahasa dan direkam. Prinsip 1 yang dipenuhi dalam simulasi ini yaitu adanya penyampaian pesan dalam bahasa target. Prinsip 2 dalam simulasi ini yaitu bahwa untuh memberikan informasi, terdapat kesenjangan informasi (misal: jam berapa kereta X berangkat). Prinsip 3 yaitu bahwa penerima didik akan sanggup menuntaskan kiprah pertama (yaitu memahami perintah untuk menanyakan kegiatan kereta, dan seterusnya). Prinsip 4 yaitu bahwa penerima didik berusaha lantaran ada motivasi diri untuk menuntaskan kiprah dengan baik. Prinsip 5 yaitu bahwa kegiatan ini dilaksanakan oleh penerima didik dalam rangka membangun keterampilan berbahasa dan pengetahuan berbahasa mereka. Prinsip 6 yaitu bahwa penerima didik terlibat dalam meaning negotiation‟ selama berkomunikasi. Prinsip 7 dan 12 yaitu bahwa penerima didik saling berinteraksi dan saling membantu untuk memahami ungkapan-ungkapan kebahasaan. Prinsip 8 yaitu apabila seorang penerima didik membuat kesalahan yang menimbulkan informasinya tidak tepat, maka informasi itulah yang akan diluruskan, bukan penerima didik/kelompok yang “disalahkan”. Prinsip 9 dan 10 yaitu apabila terdapat ketidaksesuaian informasi, maka masing-masing penerima didik akan tahu dengan sendirinya siapa yang membuat kekeliruan dengan memutar ulang rekaman simulasi tersebut dan penerima didik yang bersangkutan akan berusaha mengoreksi kekeliruannya. Tentu saja yang dikoreksi yaitu isi pesannya. Prinsip 11 yaitu bahwa di dalam mengutarakan gagasan dan pesan dalam bahasa target, penerima didik secara tidak eksklusif berguru dan menguasai tatabahasa terkait.

Pembelajaran di atas sanggup dilaksanakan dengan tahapan sebagai berikut.
  1. Guru memutar teladan insiden komunikasi (video) yang menyerupai dengan insiden komunikasi yang digunakan dalam simulasi di atas. Peserta didik diminta untuk mengamati dan mengidentifikasi ungkapan-ungkapan kebahasaan yang ada di dalam video.
  2. Guru beserta penerima didik membahas ungkapan-ungkapan kebahasaan yang sudah teridentifikasi.
  3. Peserta didik mencoba memakai ungkapan-ungkapan tersebut dalam role play.
  4. Peserta didik berefleksi dengan mendengarkan rekaman role play mereka dengan tujuan untuk mengidentifikasi pelafalan, tatabahasa, dan kesesuaian pesan. 

    Download Buku Panduan Pemanfaatan dan Pengelolaan Laboratorium Bahasa SMP

    Selengkapnya mengenai susunan dan isi berkas Panduan Pemanfaatan dan Pengelolaan Laboratorium Bahasa SMP ini silahkan lihat atau unduh pada link di bawah ini:

    Panduan Pemanfaatan dan Pengelolaan Laboratorium Bahasa SMP



    Download File:
    Panduan Pemanfaatan dan Pengelolaan Laboratorium Bahasa SMP.pdf

    Demikian yang bisa kami sampaikan mengenai keterangan berkas dan share file buku Panduan Pemanfaatan dan Pengelolaan Laboratorium Bahasa SMP. Semoga bisa bermanfaat.

    Posting Komentar untuk "Panduan Pemanfaatan Dan Pengelolaan Laboratorium Bahasa Smp"